Jejak Tragis di Pompeii: Penghuni Rumah yang Tertinggal dalam Letusan Gunung Vesuvius
Tanggal: 13 Mei 2025 23:51 wib.
Penemuan terbaru oleh arkeolog di Pompeii membuka kembali babak tragis sejarah kuno, mengungkapkan jejak perjuangan keluarga yang berusaha bertahan hidup di tengah kehancuran yang disebabkan oleh letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Di antara reruntuhan kota yang terkubur, rumah yang dikenal dengan nama House of Elle and Frisso menjadi saksi bisu dari upaya terakhir sebuah keluarga untuk selamat dari bencana alam yang menimpa mereka.
Sisa-Sisa Kehidupan di Tengah Letusan
House of Elle and Frisso, sebuah domus Romawi berukuran sedang yang terletak di Via del Vesuvio, kini menjadi fokus perhatian setelah penemuan arkeologis yang mengungkapkan sisa-sisa kehidupan yang penuh haru. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan yang didekorasi dengan mewah, termasuk atrium dengan impluvium (bak penampung air hujan), triclinium (ruang makan), dan kamar tidur. Namun, meski rumah ini dihias dengan keindahan seni dan kemewahan, tak ada yang bisa menyelamatkan penghuninya dari letusan yang menghancurkan.
Pada dinding triclinium, ditemukan sebuah fresko yang menggambarkan adegan mitologi Phrixus dan Helle, dua tokoh yang terjebak dalam kisah tragis mitologi Yunani. Fresko ini bukan hanya sekadar karya seni, melainkan juga simbol status budaya pemilik rumah tersebut, yang menunjukkan mereka berasal dari kalangan kelas menengah atas Pompeii. Namun, kisah tragis yang tergambar pada fresko ini seolah menjadi gambaran takdir yang dialami oleh keluarga ini.
Upaya Bertahan Hidup yang Sia-Sia
Arkeolog mengungkapkan bahwa keluarga penghuni rumah ini berusaha bertahan hidup dengan membarikade pintu rumah mereka menggunakan tempat tidur kayu, setelah awan panas dan material vulkanik mulai memenuhi rumah. Batu vulkanik kecil yang panas jatuh melalui atap, sementara puing-puing lainnya masuk melalui celah-celah. Penghuni rumah tersebut, yang diperkirakan terdiri dari empat orang, termasuk seorang anak, bersembunyi di kamar tidur, berharap bisa melindungi diri dari terjangan awan panas yang datang dengan suhu sangat tinggi.
Namun, usaha mereka sia-sia. Aliran piroklastik atau awan panas yang membawa material vulkanik dengan suhu antara 180 hingga 360 derajat Celsius melanda rumah tersebut, memenuhi setiap ruangan, termasuk tempat mereka berlindung. Direktur Taman Arkeologi Pompeii, Gabriel Zuchtriegel, menggambarkan bahwa meskipun penghuni rumah berusaha bertahan dengan membarikade pintu, mereka akhirnya tidak selamat. Awan panas yang datang begitu cepat dan tak terduga, mengakhiri segala harapan mereka.
Penemuan yang Mengharukan
Selama penggalian, para arkeolog menemukan sisa-sisa kerangka dari setidaknya empat orang di dalam rumah tersebut. Di samping kerangka seorang anak, ditemukan sebuah bulla perunggu, sejenis jimat yang biasa dipakai oleh anak laki-laki Romawi hingga mereka dewasa. Keberadaan benda ini menjadi pengingat yang jelas akan nyawa yang hilang secara mendalam, menggambarkan seberapa mendalam tragedi ini bagi keluarga tersebut.
Selain kerangka, artefak lainnya yang ditemukan di situs tersebut meliputi amfora atau guci gerabah bertelinga dua yang digunakan untuk menyimpan saus ikan fermentasi, yang merupakan makanan favorit orang Romawi pada masa itu. Selain itu, ditemukan juga seperangkat peralatan dapur perunggu yang rapi, seperti sendok sayur, kendi, dan wadah berbentuk keranjang, yang disimpan dengan tertata di bawah tangga yang digunakan sebagai dapur. Penemuan ini menambah gambaran tentang kehidupan sehari-hari keluarga Romawi yang tinggal di rumah tersebut sebelum tragedi terjadi.
Renovasi yang Tertunda
Sebagai tambahan, hasil penggalian mengungkapkan bahwa rumah ini sedang dalam proses renovasi saat letusan terjadi. Beberapa ambang pintu yang hilang, area yang belum selesai dihias, dan tanda-tanda pemotongan pada pasangan bata menunjukkan bahwa keluarga tersebut sedang memperbaiki dan memperbarui rumah mereka saat bencana datang. Meski ada gangguan yang terjadi selama renovasi, mereka memilih untuk tetap tinggal dan melanjutkan kehidupan mereka di rumah tersebut.
Kesimpulan: Kehidupan yang Terhenti Tiba-Tiba
Penemuan ini mengingatkan kita akan betapa rapuhnya kehidupan manusia di tengah kekuatan alam yang tak terduga. Rumah yang dulunya penuh dengan kehidupan kini menjadi sebuah monumen bagi kehilangan dan upaya bertahan yang sia-sia. Bagi para arkeolog, penggalian Pompeii bukan hanya tentang menemukan artefak dan peninggalan masa lalu, tetapi juga tentang menghadapi kenyataan betapa singkatnya waktu kita di dunia ini.