Sumber foto: iStock

Janda Kaya di Batavia: Incaran Pemuda Pengangguran di Zaman VOC

Tanggal: 10 Feb 2025 09:50 wib.
Mungkin Anda pernah mendengar celetukan tentang janda kaya yang menjadi incaran pemuda pengangguran. Ternyata, kisah ini bukan sekadar mitos atau guyonan belaka, tetapi benar-benar terjadi dalam sejarah, terutama di Batavia (sekarang Jakarta) pada masa kejayaan VOC.

Kisah Para Pemuda Belanda di Batavia

Cerita ini bermula dari keberhasilan VOC menyulap Batavia sebagai pusat ekonomi dan perdagangan yang sangat menjanjikan. Keberadaan Batavia sebagai kota dagang utama di Asia Tenggara membuat banyak pemuda Belanda berbondong-bondong datang ke sana dengan harapan mengubah nasib.

Biasanya, para pemuda ini berharap bisa mendapatkan pekerjaan di VOC, karena bekerja di perusahaan dagang terbesar itu memberikan penghasilan tinggi, fasilitas mewah, dan status sosial yang membanggakan. Namun, kenyataan di lapangan tidak semudah yang mereka bayangkan.

Persaingan Ketat dan Karier yang Mentok

Setibanya di Batavia, para pemuda Belanda harus menghadapi persaingan ketat. Tangga kesuksesan di VOC bukan hanya sulit didaki, tetapi juga dipenuhi dengan orang-orang yang lebih berpengalaman atau memiliki koneksi yang kuat. Bahkan mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan pun harus menerima kenyataan bahwa jenjang karier di VOC sangat lambat dan terbatas.

Sebagian besar imigran dari Belanda akhirnya hidup dalam kondisi sulit. Mereka yang gagal mendapat pekerjaan hanya bisa luntang-lantung di negeri orang. Sementara mereka yang sudah bekerja di VOC kerap merasa frustrasi karena karier mereka mentok. Gaji yang didapatkan pun sering kali tidak cukup untuk menjalani kehidupan mewah di Batavia, apalagi jika dibandingkan dengan para petinggi VOC yang hidup bergelimang harta.

Strategi Alternatif: Menikahi Janda Kaya

Dalam kondisi seperti ini, banyak pria Belanda mencari cara lain untuk mencapai kesuksesan, salah satunya dengan menikahi janda kaya di Batavia. Sejarawan Leonard Blusse dalam bukunya Strange Company: Chinese Settlers, Mestizo Women and Dutch in VOC Batavia (1986) mencatat bahwa banyak pemuda Belanda yang memang sengaja membidik janda-janda kaya sebagai pasangan hidup.

Kenapa janda kaya? Alasannya sederhana: mereka memiliki harta melimpah dari warisan suami yang telah meninggal dunia. Dalam banyak kasus, suami mereka adalah petinggi VOC yang memiliki penghasilan besar dan berbagai aset berharga.

Selain itu, dalam sistem sosial masa VOC, istri dari pejabat tinggi VOC memiliki peran yang cukup penting dalam mengelola bisnis keluarga. Hal ini terjadi karena suami mereka dilarang berbisnis atas nama pribadi, sehingga banyak usaha dijalankan atas nama sang istri. Ketika suami mereka meninggal, para janda ini tetap memiliki kendali atas bisnis dan kekayaan yang ditinggalkan.

Fasilitas dan Kemewahan untuk Para Janda

Menurut Jean Gelman Taylor dalam The Social World of Batavia: Europeans and Eurasians in Colonial Indonesia (1983), para janda kaya tidak hanya mendapatkan harta warisan, tetapi juga berbagai fasilitas mewah dari VOC. Mereka sering kali diberikan tunjangan, budak gratis, perhiasan mahal, serta akses ke villa milik VOC tanpa harus membayar sewa.

Dengan semua keistimewaan ini, tak heran jika para janda kaya di Batavia menjadi incaran para pria, baik yang pengangguran maupun yang merasa kariernya sudah mentok. Bahkan, hukum VOC saat itu menyatakan bahwa jika seorang janda menikah lagi, maka suami barunya berhak memiliki harta tersebut.

Cepatnya Para Janda Menikah Lagi

Karena besarnya daya tarik mereka, para janda kaya biasanya tidak butuh waktu lama untuk menemukan pasangan baru. Leonard Blusse mencatat bahwa setelah suaminya meninggal, seorang janda biasanya sudah memiliki kekasih dalam waktu sekitar empat minggu. Kemudian, dalam waktu tiga bulan, mereka sudah menikah kembali.

Fenomena ini membuat pernikahan menjadi jalan pintas bagi pria-pria yang ingin menaiki tangga sosial dan ekonomi dengan cepat. Jika berhasil menikahi seorang janda kaya, maka pria tersebut tidak hanya mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, tetapi juga akses ke kekayaan dan bisnis yang sebelumnya dimiliki oleh suami sang janda.

Kisah Sukses dan Tragis

Salah satu pria yang sukses menjalankan strategi ini adalah David van Lennep. Awalnya, ia hanyalah seorang pegawai pengadilan yang hidup dalam keterbatasan ekonomi dan terjerat utang. Namun, setelah berhasil menikahi seorang janda kaya, kehidupannya berubah drastis. Ia menjadi kaya raya dan dihormati dalam lingkungan sosial Batavia.

Namun, tidak semua janda kaya bernasib baik. Salah satu contoh tragis adalah kisah Cornelia van Nijenroode. Pada tahun 1675, Cornelia menikah dengan seorang pengacara bernama John Bitter. Sayangnya, pernikahan ini justru menjadi malapetaka bagi Cornelia, karena suami barunya dengan licik mengambil alih seluruh harta warisannya.

Cornelia yang awalnya kaya raya akhirnya jatuh miskin, sementara John Bitter berhasil meraup keuntungan besar dari pernikahan tersebut. Kasus ini menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, pernikahan tidak selalu didasarkan pada cinta, tetapi lebih pada kepentingan ekonomi dan status sosial.

VOC dan Warisan Korupsi

Sebagai latar belakang, VOC adalah perusahaan dagang yang didirikan oleh Kerajaan Belanda untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, terutama rempah-rempah. Namun, meskipun VOC menjadi perusahaan terkaya di dunia pada masanya, sebagian besar pegawainya berasal dari kalangan miskin yang berharap bisa memperbaiki nasib.

Sayangnya, harapan ini tidak selalu terwujud. Gaji yang diberikan VOC sering kali tidak cukup untuk menjalani kehidupan yang layak di Batavia. Akibatnya, banyak pegawai VOC yang melakukan praktik korupsi demi mendapatkan keuntungan lebih besar.

Korupsi yang merajalela ini lama-kelamaan menyebabkan keuangan VOC semakin memburuk. Selain itu, perusahaan juga harus menghadapi persaingan dagang yang semakin ketat dengan negara lain. Pada akhirnya, VOC mulai kehilangan investor dan harus bergantung pada pinjaman untuk bertahan.

Namun, karena pengelolaan keuangannya sudah terlanjur kacau, pinjaman tersebut justru semakin memperburuk kondisi perusahaan. Hingga akhirnya, pada malam pergantian tahun 31 Desember 1799, VOC resmi dinyatakan bangkrut oleh pemerintah Belanda.

Jejak VOC dalam Sejarah Indonesia

Setelah VOC bubar, seluruh aset dan utangnya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Mereka kemudian mendirikan negara jajahan baru bernama Hindia Belanda di wilayah bekas kekuasaan VOC.

Menariknya, masyarakat Belanda sendiri kemudian menjuluki VOC bukan lagi sebagai Vereenigde Oostindische Compagnie (Perusahaan Dagang Hindia Timur), tetapi Vergaan Onder Corruptie (Runtuh Akibat Korupsi). Praktik korupsi yang terjadi di tubuh VOC juga disebut-sebut sebagai salah satu bibit awal dari budaya korupsi yang masih membekas dalam sejarah Indonesia hingga saat ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved