Jadi Anak Tengah di Keluarga: Peran yang Sering Keabaikan
Tanggal: 24 Apr 2025 08:38 wib.
Anak tengah sering menjadi sosok yang terabaikan dalam dinamika keluarga. Dalam sebuah keluarga yang terdiri dari beberapa anak, anak pertama biasanya mendapatkan perhatian lebih karena dianggap pemimpin atau panutan. Sementara anak bungsu sering kali dimanjakan dan menjadi pusat perhatian dengan keimutan dan keinginan untuk dilindungi. Namun, anak tengah sering kali berada di tengah-tengah, menempati posisi yang tidak jelas dan sering kali merasa kurang mendapatkan validasi diri.
Anak tengah di keluarga memiliki ciri khas tertentu. Mereka cenderung menjadi penengah dalam konflik antara kakak dan adik, sering kali berada dalam posisi netral. Kemampuan ini menjadikan mereka sosok yang pandai beradaptasi dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Namun, di balik semua kelebihan ini, anak tengah juga menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal validasi diri. Mereka sering kali merasa diabaikan atau tidak cukup diperhatikan oleh orang tua maupun saudaranya.
Sebagai anak tengah, sering kali mereka harus berbagi perhatian dengan saudara-saudaranya. Kondisi ini dapat membuat mereka merasa tidak cukup dihargai atau dianggap kurang penting. Bahkan, ada kalanya anak tengah merasa bahwa pencapaian mereka tidak seberharga prestasi anak pertama atau tidak se-unik si bungsu. Ini menjadikan kebutuhan akan validasi diri mereka tidak terpenuhi, yang dapat berdampak negatif pada kepercayaan diri dan perkembangan emosional mereka.
Dalam banyak kasus, anak tengah lebih mandiri daripada saudara-saudara mereka. Mereka belajar mengurus masalah mereka sendiri dan berusaha untuk tidak merepotkan orang tua. Kemandirian ini membuat mereka mampu mencapai banyak hal, tetapi terkadang juga membuat mereka merasa sengsara karena harus berjuang sendirian. Validasi diri yang seharusnya mereka terima dari orang tua sering kali teralihkan oleh kebutuhan dan perhatian yang diberikan kepada anak pertama dan bungsu.
Peran sebagai mediator dalam konflik antara saudara sering menjadi beban emosional bagi anak tengah. Mereka berusaha untuk menjaga kedamaian, tetapi kondisi ini dapat menguras energi dan emosi mereka. Keterampilan negosiasi dan rekonsiliasi yang mereka pelajari dapat jadi keuntungan, tetapi juga bisa menjadikan mereka merasa tertekan dan tidak diperhatikan. Hal ini terwujud dalam pencarian mereka untuk mendapatkan pujian dan dukungan dari orang tua yang sering kali terlewatkan.
Dalam proses tumbuh kembang mereka, anak tengah perlu menemukan cara untuk validasi diri mereka sendiri. Mereka membutuhkan ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakat tanpa dibanding-bandingkan dengan kakak atau adik mereka. Dukungan dari orang tua dalam hal ini sangat penting. Mengakui pencapaian anak tengah dan memberikan perhatian yang seimbang dapat membantu mereka merasakan nilai diri mereka. Juga, mengajarkan mereka untuk mengatakan apa yang mereka butuhkan—baik dalam hal perhatian maupun pengakuan—merupakan langkah penting dalam proses ini.
Anak tengah merupakan bagian penting dari struktur keluarga. Meskipun peran mereka sering kali terabaikan, mereka memiliki kekuatan dan kemampuan yang unik. Dengan bimbingan dan perhatian yang tepat, anak tengah dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri, mandiri, dan mampu menjalani hidup dengan seimbang. Validasi diri yang mereka cari dapat ditemukan melalui pengakuan dan dukungan dari orang tua, memberikan mereka ruang untuk bersinar di antara saudara-saudara mereka.