Istana Dukung Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Titiek:Jasanya Besar ke Negara
Tanggal: 25 Apr 2025 18:52 wib.
Pemerintah melalui pihak Istana menyatakan dukungan atas wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Isu ini kembali menjadi perbincangan hangat di tengah publik setelah keluarga Cendana, khususnya Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, buka suara dan menyambut baik wacana tersebut.
Titiek Soeharto mengungkapkan rasa syukurnya apabila ayahandanya diberikan gelar kehormatan tersebut oleh negara. Ia menilai, sepanjang masa kepemimpinannya, Soeharto telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan, kestabilan nasional, serta peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia.
"Iya, Alhamdulillah, Alhamdulillah kalau pemerintah mau berkenan untuk menganugerahkan gelar pahlawan untuk Presiden Soeharto, karena mengingat jasanya begitu besar kepada bangsa dan negara," ujar Titiek kepada awak media di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2025).
Menurut Titiek, gelar tersebut bukan semata bentuk penghormatan terhadap tokoh sejarah, melainkan juga pengakuan atas dedikasi Soeharto dalam membangun Indonesia, terutama dalam masa-masa transisi dan stabilisasi ekonomi pasca 1965.
“Beliau memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade dengan fokus pada pembangunan, swasembada pangan, dan keamanan nasional. Banyak program-programnya yang masih dikenang dan menjadi dasar kebijakan hingga sekarang,” lanjutnya.
Pihak Istana sendiri melalui Juru Bicara Kepresidenan menyampaikan bahwa usulan tersebut sedang dikaji secara serius oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Pemerintah juga akan mempertimbangkan aspek historis, kontribusi nyata, serta masukan dari berbagai kalangan, termasuk sejarawan, akademisi, dan masyarakat umum.
“Setiap pengajuan gelar pahlawan nasional memiliki mekanisme resmi. Presiden menghargai diskursus publik terkait ini, dan tentu akan melihat secara objektif seluruh aspek yang mendasari usulan tersebut,” ujar juru bicara tersebut.
Wacana ini sempat menuai pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi, banyak yang mendukung karena menganggap Soeharto telah menjaga stabilitas dan membawa Indonesia ke era pembangunan pesat. Namun, tidak sedikit pula yang mengaitkan masa kepemimpinannya dengan praktik otoriter dan pelanggaran HAM.
Namun bagi Titiek dan keluarga besar Soeharto, gelar pahlawan nasional tidak akan menghapus sejarah, melainkan memperkaya sudut pandang atas peran dan jasa tokoh bangsa secara utuh.
“Kita tidak bicara tentang kesempurnaan. Tidak ada pemimpin yang sempurna. Tapi jasa beliau sangat besar dan itu tidak bisa kita pungkiri. Saatnya bangsa ini bisa berdamai dengan sejarah,” ucap Titiek.
Jika disetujui, Soeharto akan menjadi Presiden kedua setelah Soekarno yang mendapat gelar pahlawan nasional secara resmi dari pemerintah.