Sumber foto: Google

Israel-Hamas Setujui Gencatan Senjata Permanen, Pertempuran 15 Bulan Usai

Tanggal: 17 Jan 2025 23:45 wib.
Setelah 15 bulan pertempuran intensif, akhirnya tercapai kesepakatan gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas. Konflik yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 ini menelan korban jiwa yang sangat besar, terutama di Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel selama periode ini menyebabkan 46.584 orang kehilangan nyawa.

Dikutip dari Reuters, mediator internasional yang memfasilitasi dialog antara kedua belah pihak mengumumkan bahwa gencatan senjata akan berlaku mulai Minggu (19/1/2025). Kesepakatan ini menjadi titik terang setelah berbulan-bulan negosiasi yang dipimpin oleh Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pertempuran antara Israel dan Hamas bermula dari serangan besar-besaran yang terjadi pada Oktober 2023. Konflik ini segera meluas, melibatkan serangan udara, tembakan roket, dan operasi darat yang menyebabkan kerugian besar di kedua belah pihak. Namun, dampak terberat dirasakan oleh penduduk Gaza yang mengalami kerusakan infrastruktur, kelangkaan kebutuhan dasar, serta tingginya jumlah korban sipil.

Salah satu mediator menyatakan bahwa kesepakatan ini mencakup penghentian semua tindakan militer, pembukaan akses kemanusiaan ke Gaza, serta komitmen dari kedua pihak untuk memulai dialog lanjutan yang bertujuan mencapai perdamaian jangka panjang. "Gencatan senjata ini bukan hanya tentang menghentikan pertempuran, tetapi juga memberikan kesempatan bagi proses rekonstruksi dan pemulihan di Gaza," ujar mediator tersebut.

Dalam pernyataan resminya, Hamas menyebut kesepakatan ini sebagai kemenangan bagi perjuangan rakyat Palestina. "Kami akan terus memperjuangkan hak-hak rakyat kami melalui jalur diplomasi dan politik," ujar juru bicara Hamas. Sementara itu, Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa keputusan ini diambil demi keselamatan warga Israel dan stabilitas kawasan. “Kami berharap ini menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih luas di Timur Tengah,” tambahnya.

Masyarakat internasional menyambut baik berita ini. Sekretaris Jenderal PBB menyatakan harapan besar bahwa gencatan senjata ini akan diikuti dengan langkah-langkah konkret menuju penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan. Uni Eropa dan Amerika Serikat juga mendukung upaya ini, dengan menegaskan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan memberikan bantuan kemanusiaan segera kepada warga Gaza.

Namun, di tengah kabar baik ini, para analis mengingatkan bahwa gencatan senjata permanen ini hanya langkah awal. Tantangan besar masih menanti, termasuk isu-isu mendasar seperti status Yerusalem, hak pengungsi Palestina, dan keamanan perbatasan. Selain itu, skeptisisme juga muncul karena beberapa kesepakatan gencatan senjata sebelumnya sering kali dilanggar dalam waktu singkat.

Bagi warga Gaza, kesepakatan ini membawa secercah harapan di tengah kehancuran yang mereka alami. Seorang penduduk Gaza yang kehilangan rumahnya akibat serangan udara menyatakan harapannya bahwa perdamaian kali ini dapat bertahan lebih lama. "Kami sudah lelah dengan perang. Kami hanya ingin hidup normal, seperti orang lain di dunia ini," ujarnya.

Sementara itu, organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah dan UNRWA telah bersiap untuk meningkatkan bantuan mereka di Gaza. Fokus utama adalah menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perawatan medis, serta memulai upaya rekonstruksi infrastruktur yang hancur.

Kesepakatan gencatan senjata permanen ini menjadi momentum penting dalam sejarah konflik Israel-Palestina. Meski perjalanan menuju perdamaian sejati masih panjang, langkah ini memberikan harapan bahwa solusi damai tetap mungkin dicapai. Kini, semua mata tertuju pada bagaimana kedua pihak menjaga komitmen mereka untuk menghentikan kekerasan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved