Sumber foto: Google

IMGR 2025, Anak Muda Pakai Medsos untuk Berpolitik tapi Seringnya Tak Berdampak

Tanggal: 14 Nov 2024 10:10 wib.
Di era kecepatan internet ini, media sosial telah mampir di setiap kegiatan masyarakat, khususnya anak muda kalangan Millennial dan Gen Z. Termasuk dalam hal yang berbau politik di Indonesia, mereka menjadikan aktivisme daring sebagai cara utama mereka berpartisipasi. Fenomena ini semakin kuat terasa dengan berbagai kampanye politik dan opini yang tersebar luas di platform media sosial. Namun, seberapa besar dampak positifnya? Apakah pemanfaatan media sosial ini benar-benar memberikan efek yang signifikan dalam dunia politik?

Anak muda telah menjadi pelaku utama dalam pemanfaatan media sosial untuk mengekspresikan opini politik mereka. IMGR 2025, lembaga riset dan konsultan strategi digital, merilis laporan yang menyebutkan bahwa lebih dari 90% anak muda Indonesia aktif menggunakan media sosial untuk berpolitik. Mereka memanfaatkan platform seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan TikTok untuk menyebarkan pemikiran politik, mendukung calon, atau mengkritik kebijakan pemerintah. Namun, paradoksnya, walaupun begitu banyak aktivitas politik terjadi di dunia maya, dampaknya seringkali tidak terasa di dunia nyata. 

Kita bisa melihat bahwa meskipun munculnya beragam opini politik di media sosial, hal ini tidak selalu diikuti dengan partisipasi aktif dalam pemilu atau gerakan-gerakan politik di kehidupan nyata. Para pemilik akun media sosial seringkali terjebak dalam "filter bubble" di mana mereka hanya terpapar pada pandangan politik yang sejalan dengan mereka. Hal ini kemudian membuat mereka kurang toleran terhadap pandangan yang berbeda, sehingga dialog politik sehat terkadang sulit terwujud.

Selain itu, pemanfaatan media sosial dalam politik seringkali dipenuhi oleh isu-isu hinaan, hoaks, atau informasi yang menyesatkan. Konten-konten negatif ini seringkali mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada konten-konten yang bernilai positif dan konstruktif. Hal ini kemudian membuat pemanfaatan media sosial dalam politik menjadi kurang efektif karena terlalu banyak terjebak dalam perselisihan dan provokasi.

Menurut IMGR 2025, tantangan besar dalam pemanfaatan media sosial dalam politik adalah bagaimana mengubah opini di dunia maya menjadi tindakan nyata di dunia nyata. Anak muda perlu dilibatkan lebih dalam dalam kegiatan politik yang konkret, seperti partisipasi dalam Pemilu, diskusi publik, atau gerakan-gerakan sosial yang berguna. Selain itu, perlu ada upaya untuk mengedukasi anak muda mengenai cara menyaring informasi yang benar dan bertanggung jawab di media sosial, serta cara berdialog dengan orang yang memiliki pandangan politik berbeda.

Di sisi lain, media sosial tetap memberikan dampak positif dalam politik, terutama dalam hal meningkatkan partisipasi politik secara keseluruhan. Platform-platform ini memungkinkan anak muda untuk dengan mudah terlibat dalam diskusi politik, mengakses informasi terkini, dan menyuarakan pendapat mereka. Hal ini memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk merasa memiliki suara dalam dinamika politik negara.

Dengan demikian, pemanfaatan media sosial oleh anak muda dalam berpolitik merupakan fenomena yang kompleks. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, kita tidak bisa mengabaikan potensi positifnya. Penting bagi kita semua, terutama anak muda, untuk menggunakan media sosial dengan bijak, bertanggung jawab, dan kritis. Hanya dengan begitu, kita bisa benar-benar memanfaatkan potensi media sosial untuk menciptakan perubahan positif dalam dunia politik.

Sebagai penutup, peran media sosial dalam politik harus dilihat sebagai bagian dari proses, bukan tujuan akhir. Transformasi opini menjadi tindakan nyata, pendidikan politik yang berkelanjutan, dan komunitas yang inklusif akan menjadi kunci untuk mewujudkan pemanfaatan media sosial yang berdampak positif dalam dunia politik.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved