Sumber foto: Google

Ilmuwan Korsel Kembangkan Beras Berdaging yang Bisa Menjadi Sumber Protein

Tanggal: 20 Mar 2024 04:47 wib.
Sejumlah ilmuwan di Korea Selatan telah menciptakan jenis pangan hibrida baru, yaitu beras berdaging. Menurut mereka beras ini dapat menjadi sumber protein yang terjangkau dan ramah lingkungan. Biji-bijian yang berpori tersebut dipenuhi otot sapi dan sel-sel lemak, yang ditanam di laboratorium.

Pertama-tama, beras dilapisi dengan gelatin ikan agar sel-sel daging menempel. Kemudian, beras tersebut dibiarkan dalam cawan petri selama 11 hari. Para peneliti mengatakan makanan tersebut mungkin dapat berfungsi sebagai “penolong saat kelaparan, ransum militer, atau bahkan makanan luar angkasa” di masa depan. Namun, masih harus dilihat apakah konsumen akan menyukainya jika akhirnya dijual ke pasar.

Beras hibrida ini tampaknya sedikit lebih keras dan rapuh dibandingkan beras biasa. Namun ia mengandung lebih banyak protein, demikian dipaparkan jurnal Matter. Menurut tim di Universitas Yonsei, Korea Selatan, makanan ini memiliki 8% lebih banyak protein dan 7% lebih banyak lemak. Jika dibandingkan dengan daging sapi biasa, jejak karbon beras 'berdaging' ini jauh lebih kecil.

Hal itu dikarenakan metode produksi beras ini menghilangkan kebutuhan yang dikeluarkan oleh peternakan hewan dalam jumlah besar. Sebagai perbandingan, untuk setiap 100 gram protein yang dihasilkan, beras hibrida diperkirakan melepaskan kurang dari 6,27kg karbon dioksida. Sementara produksi daging sapi melepaskan delapan kali lebih banyak karbon, yaitu sebesar 49,89kg, kata mereka.

Sohyeon Park selaku peneliti beras 'berdaging' menjelaskan: "Kami biasanya memperoleh protein yang kami perlukan dari peternakan. Namun sistem produksi peternakan menghabiskan banyak sumber daya dan air serta melepaskan banyak gas rumah kaca.

“Bayangkan memperoleh semua nutrisi yang kita perlukan dari beras protein hasil kultur sel."

“Beras sudah memiliki tingkat nutrisi yang tinggi, dan menambahkan sel dari ternak dapat meningkatkannya lebih lanjut.”

Dia berkata "Saya tidak menyangka sel-sel tersebut akan tumbuh dengan baik di dalam beras. Sekarang saya melihat banyak kemungkinan untuk makanan hibrida berbasis beras ini."


Masyarakat perlu diyakinkan


Beras tampaknya menyediakan rangka atau struktur bagi sel-sel daging untuk tumbuh, dan juga memberi mereka nutrisi. Tim ini bukanlah yang pertama mengeksplorasi produk daging yang ditanam atau dibudidayakan di laboratorium.

Sejak daging burger pertama buatan laboratorium diluncurkan di London pada tahun 2013, puluhan perusahaan di seluruh dunia telah ikut berlomba untuk menghadirkan daging yang terjangkau ke pasar.

Singapura baru-baru ini mulai menjual produk ayam budidaya pertama di dunia kepada pelanggan. Sementara itu, Italia telah mendukung rancangan undang-undang yang melarang daging yang diproduksi di laboratorium, dengan tujuan untuk menjaga tradisi pangan negara tersebut.

Kritikus menunjukkan bahwa tidak ada yang sintetis pada daging yang dihasilkan di laboratorium - daging dibuat dengan menumbuhkan sel-sel secara alami.

Prof Neil Ward, pakar pertanian pangan dan iklim di University of East Anglia, mengatakan jenis penelitian ini menjanjikan pengembangan pola makan yang lebih sehat dan ramah iklim di masa depan, namun beberapa orang perlu diyakinkan.

“Meskipun data mengenai biaya dan dampak terhadap iklim terlihat sangat positif, pengujian kritisnya adalah pada selera masyarakat terhadap makanan yang dikembangkan di laboratorium,” katanya.

“Dengan daging alternatif berbasis laboratorium pada umumnya, potensi terbesarnya mungkin adalah menggantikan daging olahan dibandingkan potongan daging utama.”

Bridget Benelam dari British Nutrition Foundation mengatakan: "Mengembangkan pola makan yang mendukung kesehatan manusia dan bumi merupakan sebuah tantangan besar. Studi ini menunjukkan pendekatan baru yang inovatif dan dapat berkontribusi terhadap solusi tersebut."

Namun dia menambahkan  “Temuan ini juga menunjukkan peningkatan yang relatif kecil pada kandungan protein di beras, yang bukan merupakan makanan berprotein tinggi."

"Jadi penelitian lebih lanjut akan diperlukan jika teknologi ini ingin digunakan sebagai sumber protein alternatif dibandingkan produk hewani tradisional."
Copyright © Tampang.com
All rights reserved