Harimau Sumatera Mati Akibat Terjerat Sling Baja
Tanggal: 19 Jun 2025 22:47 wib.
Harimau berjenis kelamin jantan ditemukan petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Jambi di dalam kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Bungo Pandan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Masumai, Kabupaten Tebo Jambi. Penemuan harimau ini sangat menyedihkan, karena ia dalam keadaan lemas serta tak berdaya. Kejadian ini mencerminkan masalah serius yang dihadapi satwa liar Indonesia, khususnya Harimau Sumatera yang semakin terancam keberadaannya.
Harimau Sumatera tersebut terjerat dalam perangkap yang terbuat dari sling baja. Perangkap ini sangat berbahaya dan sering digunakan oleh pemburu untuk menangkap hewan liar. Tragisnya, jeratan ini mengenai tulang kaki bagian depan sebelah kiri harimau. Akibat dari jeratan tersebut, aliran darah ke bagian kaki bawahnya terhenti, yang mengakibatkan jari-jari kakinya tidak mendapatkan suplai darah yang cukup. Situasi ini sangat serius dan menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup harimau tersebut.
Setelah terjebak selama beberapa waktu, harimau Sumatera ini berhasil dievakuasi oleh petugas BKSDA Jambi. Mereka segera membawanya ke fasilitas perawatan untuk mendapatkan penanganan medis yang diharapkan dapat menyelamatkannya. Selama 28 hari di TPS BKSDA Jambi, berbagai upaya perawatan telah dilakukan, termasuk operasi untuk memperbaiki kondisi kakinya. Namun, meski tim medis telah berusaha semaksimal mungkin, harimau tersebut tidak dapat diselamatkan.
Kematian harimau Sumatera ini menambah daftar panjang kasus kematian satwa liar akibat ulah manusia. Dalam beberapa tahun terakhir, Harimau Sumatera menjadi salah satu spesies yang paling terancam di Indonesia. Faktor-faktor seperti perusakan habitat, perburuan ilegal, dan konflik manusia-satwa liar terus mengancam kelangsungan hidup harimau. Penanganan yang tepat diperlukan untuk melindungi spesies ini dari kepunahan.
Kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Bungo Pandan menjadi habitat penting bagi berbagai spesies, termasuk Harimau Sumatera. Namun, dengan adanya perangkap-perangkap berbahaya yang dipasang oleh pemburu, habitat alami ini menjadi tidak aman bagi satwa liar. Tindakan pengawasan dan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap praktik perburuan liar sangat dibutuhkan untuk melindungi spesies yang terancam punah ini.
Berita kematian harimau Sumatera akibat jeratan sling baja ini juga mengundang perhatian berbagai kalangan, termasuk pecinta lingkungan dan konservasionis. Mereka mendesak pemerintah untuk lebih serius dalam melindungi satwa liar dan habitatnya. Program-program konservasi yang efektif dan berkelanjutan harus diterapkan untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi Harimau Sumatera dan spesies lainnya.
Dalam rangka menyelamatkan Harimau Sumatera, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai organisasi lingkungan hidup sangat diperlukan. Upaya konservasi harus mencakup pendidikan masyarakat tentang pentingnya perlindungan terhadap satwa liar serta pengembangan alternatif ekonomi yang tidak merusak habitat. Jika tidak, nasib harimau yang terjerat dalam perangkap semacam ini mungkin akan menjadi kenyataan yang lebih banyak terjadi di masa depan. Kita semua memiliki peran dalam menjaga keberlangsungan spesies unik dan langka ini.