Sumber foto: Google

Gelas Plastik Jadi Salah Satu Penyumbang Sampah Terbesar yang Mengacam Indonesia

Tanggal: 24 Apr 2025 08:30 wib.
Setiap tahun, Indonesia menghasilkan lebih dari 17 juta ton sampah dan sekitar 18-20% dari jumlah itu adalah sampah plastik. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat pencemaran plastik tertinggi di dunia. Salah satu jenis sampah plastik yang paling mendominasi adalah gelas plastik air minum dalam kemasan (AMDK).

Hasil audit lingkungan di enam kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, Medan, dan Denpasar menunjukkan bahwa gelas plastik menjadi salah satu penyumbang utama sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan badan-badan sungai.

Gelas plastik, meskipun terlihat ringan dan sepele, ternyata menyumbang volume besar yang sulit terurai. Bahan plastik yang digunakan dalam gelas AMDK bersifat sekali pakai dan tidak ramah lingkungan. Setelah digunakan, sebagian besar gelas ini tidak didaur ulang, melainkan berakhir di TPA atau terseret ke sungai dan laut.

Yang lebih mengkhawatirkan, serpihan dari gelas plastik ini dapat terfragmentasi menjadi mikroplastik, yaitu partikel plastik berukuran sangat kecil yang mencemari air dan tanah. Mikroplastik tidak hanya merusak ekosistem perairan dan kehidupan laut, tetapi juga bisa masuk ke rantai makanan manusia melalui ikan, kerang, atau bahkan air minum.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan dalam tubuh manusia, termasuk dalam darah dan paru-paru. Paparan jangka panjang terhadap mikroplastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan hormon, gangguan pencernaan, hingga risiko kanker.

Menghadapi krisis ini, solusi jangka panjang yang diusulkan adalah penerapan ekonomi sirkular (circular economy), di mana sampah tidak dibuang begitu saja, melainkan diproses kembali untuk digunakan ulang. Namun, penerapan ekonomi sirkular tidak bisa hanya dibebankan kepada pemulung atau pengumpul sampah.

Produsen harus ikut bertanggung jawab atas kemasan yang mereka hasilkan. Pemerintah perlu membuat regulasi yang tegas dan berpihak pada lingkungan, serta mengawasi pelaksanaannya. Di sisi lain, masyarakat juga harus ikut berperan dengan membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan mulai beralih ke alternatif ramah lingkungan seperti botol minum isi ulang, gelas kaca, atau tumbler.

Gerakan Ramah Lingkungan Perlu Dukungan Luas, Beberapa komunitas dan LSM lingkungan telah memulai langkah positif seperti program “zero waste”, edukasi pengelolaan sampah, hingga gerakan bersih sungai dan pantai. Namun, gerakan ini masih perlu dukungan luas dari masyarakat dan dunia usaha agar dampaknya lebih signifikan.

Mengurangi konsumsi gelas plastik mungkin terlihat kecil, tapi jika dilakukan bersama-sama oleh jutaan orang, maka dampaknya bisa sangat besar. Krisis sampah plastik bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal masa depan generasi mendatang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved