Sumber foto: pinterest | TheCollector

Filosofi Epicureanisme: Pencarian Kebahagiaan Melalui Ketenangan dan Persahabatan

Tanggal: 1 Jun 2025 09:55 wib.
Di antara berbagai mazhab pemikiran Yunani Kuno, muncul sebuah filosofi yang sering disalahpahami namun menawarkan jalan praktis menuju ketenangan: Epicureanisme. Didirikan oleh Epicurus pada abad ke-4 SM, aliran ini bukanlah tentang pencarian kesenangan hedonistik yang liar, melainkan tentang pencarian kebahagiaan sejati yang dicapai melalui ketenangan jiwa dan pikiran, serta nilai luhur persahabatan. Bagi Epicurus, hidup yang baik adalah hidup yang bebas dari rasa sakit, ketakutan, dan kegelisahan, yang mengarah pada keadaan ataraxia (ketiadaan gangguan) dan aponia (ketiadaan rasa sakit).

Epicurus dan Taman Kebijaksanaan

Epicurus mendirikan sekolahnya di Athena yang dikenal sebagai "Taman" (Kepos), tempat para pengikutnya, termasuk wanita dan budak—suatu hal yang revolusioner pada masa itu—hidup bersama dan belajar. Di Taman ini, mereka tidak hanya berdiskusi filosofi, tetapi juga mempraktikkan gaya hidup yang diajarkan oleh Epicurus: hidup sederhana, merenung, dan mengutamakan kebersamaan.

Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang Epicureanisme adalah bahwa ia menganjurkan hedonisme dalam arti kesenangan indrawi yang berlebihan. Kenyataannya, Epicurus membedakan antara dua jenis kesenangan:

Kesenangan Statis (katastematic pleasures): Ini adalah kesenangan yang berasal dari ketiadaan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Ini adalah keadaan damai dan puas. Epicurus percaya inilah bentuk kesenangan tertinggi dan paling berkelanjutan.
Kesenangan Dinamis (kinetic pleasures): Ini adalah kesenangan yang muncul dari tindakan memuaskan keinginan (misalnya, makan saat lapar). Kesenangan ini bersifat sementara dan seringkali diikuti oleh keinginan baru, sehingga tidak mengarah pada kebahagiaan sejati.

Fokus Epicureanisme adalah mencapai kesenangan statis, yaitu ketenangan dan kepuasan batin.

Jalan Menuju Ketenangan: Meminimalkan Rasa Sakit dan Ketakutan

Untuk mencapai ataraxia dan aponia, Epicurus mengemukakan beberapa prinsip penting:

Menghindari Ketakutan: Epicurus berpendapat bahwa sebagian besar penderitaan manusia berasal dari ketakutan yang tidak perlu, terutama ketakutan akan kematian dan ketakutan akan dewa-dewa yang menghukum. Ia mengajarkan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti karena "ketika kita ada, kematian belum ada; ketika kematian ada, kita tidak ada." Mengenai dewa-dewa, Epicurus percaya bahwa mereka ada tetapi tidak campur tangan dalam urusan manusia, sehingga tidak perlu ditakuti.
Memahami Kesenangan Sejati: Kesenangan terbesar bukanlah kemewahan atau pesta pora, melainkan kepuasan kebutuhan dasar (makanan, tempat tinggal) dan ketiadaan rasa sakit. Kesenangan sederhana, seperti menikmati sepotong keju dan air, lebih berharga daripada hidangan mewah yang bisa menimbulkan masalah.
Mengatasi Keinginan yang Tidak Alami dan Tidak Perlu: Epicurus membagi keinginan menjadi tiga kategori: alami dan perlu (makan, minum), alami tapi tidak perlu (makanan mewah), dan tidak alami dan tidak perlu (kekayaan, kekuasaan, ketenaran). Ia menganjurkan pemenuhan kategori pertama dan menghindari dua kategori lainnya, karena pengejaran mereka hanya akan membawa kegelisahan.
Hidup Sederhana dan Mandiri: Dengan mengurangi ketergantungan pada hal-hal eksternal dan materi, seseorang menjadi lebih mandiri dan kurang rentan terhadap gejolak nasib.

Persahabatan: Fondasi Kebahagiaan yang Abadi

Meskipun seringkali dituding sebagai filosofi individualistik, persahabatan justru merupakan pilar utama kebahagiaan dalam Epicureanisme. Epicurus percaya bahwa:

Jaminan Keamanan: Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, teman-teman adalah jaminan keamanan dan dukungan terbesar. Rasa saling percaya dan tolong-menolong mengurangi kecemasan akan masa depan.
Sumber Kesenangan Terbesar: Kesenangan paling murni dan paling langgeng berasal dari interaksi, percakapan, dan kebersamaan dengan teman-teman yang tulus. Bukan hanya dari kenikmatan fisik, tetapi dari ikatan emosional dan intelektual.
Latihan Kebajikan: Hubungan persahabatan juga menjadi wadah untuk mempraktikkan kebajikan seperti kemurahan hati, kejujuran, dan keadilan, yang pada gilirannya akan meningkatkan ataraxia seseorang.

Bagi Epicurus, lingkaran kecil teman-teman yang setia dan berbagi nilai-nilai yang sama jauh lebih berharga daripada kekayaan atau kemasyhuran.

Relevansi Epicureanisme di Era Modern

Di tengah masyarakat konsumen yang gila materi dan penuh kecemasan, Filosofi Epicureanisme menawarkan perspektif yang menenangkan dan relevan. Ia mengajak kita untuk:

Menilai ulang kebahagiaan: Apakah kebahagiaan sejati terletak pada akumulasi barang atau pada ketenangan batin dan kepuasan sederhana?
Mengelola ketakutan: Menghadapi dan merasionalisasi ketakutan yang tidak perlu, terutama yang berkaitan dengan hal-hal di luar kendali kita.
Memperkuat hubungan: Mengutamakan kualitas persahabatan dan hubungan yang bermakna di atas segalanya.

Pada akhirnya, Epicureanisme adalah sebuah ajakan untuk hidup dengan bijak, tidak berlebihan, dan menemukan pencarian kebahagiaan sejati melalui ketenangan pikiran, hati, dan jiwa yang didukung oleh lingkaran persahabatan yang otentik. Ini adalah jalan menuju kehidupan yang damai, puas, dan bermakna.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved