Calon Pekerja Migran Ilegal: Biar Dipulangkan ke Kampung, Kami Bakal Tetep Balik ke Malaysia
Tanggal: 10 Mei 2025 06:35 wib.
Tampang.com | Di tengah kebangkitan ekonomi di Malaysia, calon pekerja migran ilegal (CPMI ilegal) menunjukkan keteguhan dan keinginan yang kuat untuk berangkat ke Malaysia, meskipun mereka telah dipulangkan ke kampung halaman mereka. Banyak dari mereka yang merasa tidak terputus harapan, bahkan setelah mengalami proses pemulangan. Ketika situasi di Indonesia tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup, harapan untuk kembali mencari nafkah di negeri jiran tetap membara.
Pengamanan untuk CPMI ilegal dilakukan pada 5–6 Mei 2025 di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Kalimantan Utara. Operasi ini untuk menangkal keberangkatan mereka yang tidak melalui jalur resmi. Namun upaya ini seakan sia-sia, karena banyak pekerja tetap bersikukuh untuk mencoba peruntungan di Malaysia. Berbagai alasan mengemuka, mulai dari pencarian kehidupan yang lebih baik, hingga harapan untuk mengirim uang ke keluarga di rumah.
Di balik pengamanan yang ketat, CPMI ilegal menyatakan keinginan kuat untuk berangkat ke Malaysia masih tergambar. Mereka beranggapan bahwa pengalaman dan keterampilan yang dimiliki merupakan aset berharga dalam menghadapi kondisi kerja di negara tetangga. Banyak dari mereka sudah memiliki pengalaman kerja sebelumnya di Malaysia, sehingga mereka percaya diri bahwa bisa kembali beradaptasi.
Proses penampungan CPMI ilegal pun tidak berjalan mulus. Mereka ditampung sementara di Balai Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Nunukan. Di sana, mereka menjalani serangkaian pemeriksaan, mulai dari identifikasi diri hingga pemulangan. Namun, selama berada di balai pelindungan, harapan mereka untuk kembali ke Malaysia tidak surut. Beberapa bahkan sudah merencanakan langkah konkret untuk berangkat walaupun dengan cara ilegal.
Keinginan untuk kembali ke Malaysia bisa jadi dipicu oleh informasi yang cepat menyebar di kalangan pekerja dengan jaringan sosial yang kuat. Misalnya, ada yang mengisahkan tentang teman-teman mereka yang lebih dulu pergi dan berhasil mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik. Pekerjaan seperti ini sering dianggap sebagai jalan keluar dari kemiskinan, meskipun risiko besar juga mengintai.
Selain itu, banyak di antara mereka yang mempercayai bahwa bisnis perekrutan tenaga kerja ilegal bisa menjadi solusi. Dengan membayar sejumlah uang kepada calo, mereka merasa bahwa keberangkatan menuju Malaysia adalah hal yang lebih mudah dan menguntungkan, meskipun jalur tersebut dipenuhi dengan ancaman. Mereka mungkin saja akan ditangkap, tetapi semangat untuk mencari penghidupan yang lebih baik sepertinya mengalahkan rasa takut tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa keserakahan untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang lebih besar terus menjadi magnet bagi para CPMI ilegal. Dalam bayangan mereka, bekerja di luar negeri dapat mengubah nasib keluarga mereka. Dengan segala rintangan yang ada, keinginan untuk berangkat ke Malaysia menjadi satu-satunya harapan bagi banyak buruh migran yang merasa terperangkap dalam situasi sulit di Indonesia.
Secara keseluruhan, CPMI ilegal terus menggeliat meskipun dengan segala risiko yang dihadapi. Walau banyaknya pengamanan dan upaya pemulangan, mereka masih optimis, bahwa suatu saat nanti, gelombang keberangkatan menuju Malaysia akan tetap berlangsung, diiringi dengan harapan untuk memperbaiki kehidupan dan kondisi ekonomi mereka.