Benarkah Teknologi Alien Pernah Jatuh di Samudra Pasifik? Klaim Baru Ilmuwan Harvard Bikin Geger Dunia!
Tanggal: 1 Jun 2025 10:36 wib.
Kabar mengejutkan kembali mencuat dari dunia astrofisika. Seorang ilmuwan terkemuka dari Harvard University, Prof. Avi Loeb, kembali menarik perhatian publik dengan klaim kontroversialnya. Ia menyatakan bahwa timnya mungkin telah menemukan pecahan teknologi dari peradaban luar angkasa alias alien. Temuan ini didasarkan pada hasil penelitian terhadap sisa-sisa meteor yang jatuh di Samudra Pasifik.
Objek yang dimaksud adalah meteor yang diberi kode IM1, dan dikabarkan telah menghantam Bumi pada tahun 2014 silam. Prof. Loeb menduga kuat bahwa IM1 bukanlah meteor biasa, melainkan berasal dari luar Tata Surya dan membawa komposisi yang tidak lazim untuk objek antariksa yang biasa ditemui.
Pada Juni 2023 lalu, Loeb dan timnya melakukan ekspedisi laut untuk menelusuri sisa-sisa meteor tersebut. Mereka menggunakan peralatan canggih untuk menyisir dasar Samudra Pasifik dan berhasil mengumpulkan ratusan butiran kecil logam yang dikenal dengan nama spherules. Butiran ini memiliki kandungan unsur logam seperti besi, magnesium, dan titanium — unsur yang umum ditemukan pada meteorit yang mengalami pembakaran hebat saat menembus atmosfer Bumi.
Namun, yang membedakan kali ini adalah interpretasi dari Loeb. Menurutnya, struktur dan komposisi dari spherules tersebut tidak biasa dan kemungkinan berasal dari sumber yang belum dikenal manusia. Dalam wawancara dengan media Futurism pada Kamis (29 Mei 2025), Loeb bahkan berani menyebut bahwa benda ini bisa saja merupakan bagian dari teknologi yang dibuat oleh peradaban luar angkasa.
Ia menjelaskan bahwa logam-logam seperti ini memang dapat terbentuk melalui berbagai proses di Bumi — mulai dari aktivitas kendaraan seperti knalpot dan rem, hingga proses pengelasan dan erupsi gunung berapi. Namun, menurutnya ada keunikan tertentu dalam material yang mereka temukan, yang membuatnya yakin bahwa ini bukan hasil aktivitas biasa. “Material ini mungkin berasal dari teknologi asing yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” ungkapnya.
Meski begitu, klaim Loeb tidak diterima begitu saja oleh komunitas ilmiah. Banyak ilmuwan menunjukkan skeptisisme terhadap interpretasinya, salah satunya adalah Marc Fries, seorang kurator debu kosmik dari NASA. Ia berpendapat bahwa butiran logam seperti itu sangat umum ditemukan di berbagai lokasi di Bumi. Menurutnya, spherules tersebut kemungkinan besar berasal dari proses yang sangat dikenal dan bukan bukti keberadaan teknologi alien.
“Material semacam ini bisa ditemukan dari sumber-sumber yang ada di Bumi, seperti sisa aktivitas kendaraan, industri, atau bahkan dari fenomena alam seperti gunung meletus,” ujar Fries.
Meski banyak kritik berdatangan, Loeb tetap teguh pada pendiriannya. Ia menyatakan bahwa penemuan ini belum final dan masih memerlukan studi lanjutan dengan pendekatan ilmiah yang lebih mendalam. Ia juga menyerukan kolaborasi global untuk memahami lebih jauh asal-usul spherules tersebut. Menurutnya, terlepas dari kemungkinan asalnya, material ini menyimpan informasi penting tentang apa yang berada di luar angkasa dan bagaimana interaksinya dengan Bumi.
Klaim seperti ini bukanlah hal baru bagi Avi Loeb. Pada tahun 2017, ia juga sempat membuat kehebohan besar saat mengungkapkan temuannya terkait objek antariksa yang melintasi Tata Surya kita, yang kemudian diberi nama ‘Oumuamua’. Kala itu, ia mengusulkan bahwa objek tersebut kemungkinan merupakan pesawat luar angkasa yang dikirim oleh makhluk cerdas dari galaksi lain.
Namun, teori tersebut segera dibantah oleh berbagai studi lanjutan, termasuk oleh tim ilmuwan dari University of California Berkeley, yang menyimpulkan bahwa Oumuamua kemungkinan besar hanyalah komet dengan bentuk aneh, yang telah mengalami proses radiasi kosmik saat melintasi ruang antar-bintang.
Meski beberapa kali teorinya berujung kontroversi, tidak dapat dipungkiri bahwa Loeb berhasil membuka kembali ruang diskusi publik tentang kemungkinan adanya kehidupan cerdas di luar Bumi. Ia juga menunjukkan pentingnya berpikir terbuka dalam sains, terutama dalam menghadapi fenomena yang belum sepenuhnya bisa dijelaskan dengan pendekatan konvensional.
Di satu sisi, para ilmuwan konservatif mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menginterpretasikan data. Namun di sisi lain, eksplorasi Loeb juga memunculkan semangat untuk terus menjelajahi alam semesta dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar yang selama ini belum terpecahkan: Apakah kita benar-benar sendirian di alam semesta ini?
Hingga kini, dunia sains masih menunggu hasil penelitian lanjutan dari spherules yang ditemukan di dasar Samudra Pasifik. Apakah benar ini merupakan jejak teknologi alien? Ataukah sekadar fenomena alam yang kebetulan saja belum sepenuhnya dipahami? Yang jelas, misteri ini menjadi salah satu topik terpanas dalam dunia astrofisika saat ini.