Sumber foto: Google

Bandara di China Gunankan Elang untuk Meminimalisir Brid Strike

Tanggal: 12 Jan 2025 20:12 wib.
Tampang.com | Kecelakaan tragis yang melibatkan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember lalu, menjadi pengingat akan bahaya serius yang dapat ditimbulkan oleh gangguan burung terhadap penerbangan. Bird strike, atau tabrakan burung dengan pesawat, menjadi ancaman nyata bagi keselamatan penerbangan global. Dalam upaya mengurangi risiko ini, sejumlah bandara di berbagai negara, termasuk China, berinovasi dengan menggunakan metode unik, salah satunya adalah memanfaatkan burung pemangsa seperti elang.

Bandara Internasional Beijing menjadi salah satu pelopor dalam memanfaatkan burung pemangsa untuk meminimalisir bird strike. Elang Harris, jenis burung pemangsa yang dikenal cerdas dan lincah, kini dipekerjakan untuk mengendalikan populasi burung di sekitar wilayah bandara. Langkah ini merupakan bagian dari strategi yang mengombinasikan teknologi modern dan pendekatan alami untuk menjaga keselamatan penerbangan.

Elang Harris digunakan karena kemampuannya yang unggul dalam mengejar dan menakuti burung lain yang berpotensi mengganggu jalur penerbangan. Keberadaan elang ini menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi burung-burung kecil seperti merpati, camar, dan burung pipit yang sering menjadi penyebab bird strike.

Bird strike adalah insiden ketika burung bertabrakan dengan pesawat, terutama saat lepas landas atau mendarat. Meskipun terdengar sepele, dampaknya bisa sangat fatal. Mesin pesawat dapat mengalami kerusakan serius jika burung tersedot ke dalam mesin jet, yang dapat berujung pada kecelakaan.

Menurut data, ribuan kasus bird strike dilaporkan setiap tahun di seluruh dunia, dengan beberapa di antaranya menyebabkan kerugian besar bagi maskapai dan, yang lebih parah, hilangnya nyawa manusia. Insiden yang melibatkan Jeju Air di Korea Selatan pada akhir tahun lalu menjadi salah satu contoh nyata.

Pesawat tersebut mengalami kerusakan pada salah satu mesinnya akibat tabrakan dengan sekelompok burung saat mendekati landasan. Untungnya, pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat, tetapi kejadian itu menyoroti pentingnya upaya pencegahan bird strike.

Metode tradisional seperti penggunaan alat pengusir suara, laser, dan patung predator sering kali kurang efektif dalam jangka panjang, karena burung cenderung terbiasa dengan alat-alat tersebut. Sebaliknya, elang sebagai predator alami mampu memberikan efek yang lebih berkelanjutan.

Elang Harris dilatih secara khusus oleh ahli falconry untuk berpatroli di sekitar area bandara. Mereka diterbangkan secara rutin untuk menakuti burung-burung lain dan menjaga wilayah udara di sekitar bandara tetap aman. Bandara Internasional Beijing melaporkan bahwa sejak metode ini diterapkan, insiden bird strike menurun secara signifikan.

Keberhasilan Bandara Internasional Beijing dalam menggunakan elang sebagai solusi bird strike telah menarik perhatian banyak pihak. Metode ini dinilai ramah lingkungan, efektif, dan inovatif. Bandara di negara lain, termasuk di kawasan Asia, mulai mempertimbangkan adopsi pendekatan serupa.

Sebagai contoh, Bandara Internasional Changi di Singapura telah mengirimkan tim pengelolaannya untuk mempelajari implementasi metode ini di China. Sementara itu, beberapa bandara di Eropa juga melibatkan ahli falconry untuk mengevaluasi potensi penerapan metode serupa.

Penggunaan elang untuk meminimalisir risiko bird strike di bandara merupakan salah satu inovasi yang menggabungkan pendekatan alami dengan efisiensi tinggi. Langkah ini tidak hanya meningkatkan keselamatan penerbangan, tetapi juga memberikan solusi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan metode konvensional lainnya.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keselamatan penerbangan, diharapkan metode seperti ini dapat diadopsi oleh lebih banyak bandara di seluruh dunia. Keberhasilan Bandara Internasional Beijing menjadi inspirasi bahwa terkadang solusi terbaik datang dari alam itu sendiri.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved