Apakah Uzbekistan Akan Menjadi Destinasi Arsitektur Besar Berikutnya?
Tanggal: 11 Jan 2025 09:05 wib.
Tampang.com | Mengemudi di sekitar Tashkent terasa seperti membolak-balik buku gambar arsitektur yang dipenuhi contoh gaya brutalist Soviet, orientalis, modernis, futuris, dan neoklasik. Satu keajaiban demi keajaiban, bangunan-bangunan di ibu kota Uzbekistan berlalu seperti karusel untuk para pecinta desain.
Setelah gempa bumi meratakan sebagian besar infrastrukturnya pada tahun 1966, Tashkent menjadi laboratorium urbanisme. Arsitek dari berbagai penjuru datang untuk membangun kembali jalan, blok apartemen, hotel, teater, pusat perbelanjaan, stasiun metro, dan berbagai struktur publik yang menawarkan pandangan berbeda tentang kehidupan sosialis progresif.
Hari ini, landmark baru yang dirancang oleh firma arsitektur terkenal seperti almarhum Zaha Hadid dan Tadao Ando sedang dalam pengerjaan, termasuk “Olympic City” yang mencakup lima arena olahraga canggih untuk Asian Youth Olympic Games 2025. Di luar ibu kota, kota-kota seperti Bukhara, Samarkand, dan Khiva menawarkan beragam pasar kubah kuno (toki), sekolah (madrasa), dan penginapan (caravanserai) yang dibangun untuk pedagang di Jalur Sutra.
Kini, pemerintah Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev menginvestasikan sumber daya untuk menyoroti warisan arsitektur yang kaya ini sebagai bagian dari kampanye membuka bekas republik Uni Soviet ini ke dunia. Konservasi situs-situs bersejarah menjadi prioritas utama. Registan Square di Samarkand, yang masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2001, adalah salah satu contoh penting.
“Dengan melestarikan dan memulihkan harta arsitektur unik ini, kami memposisikan Uzbekistan sebagai destinasi budaya global,” kata Gayane Umerova, ketua Uzbekistan Art & Culture Development Foundation (ACDF), dalam pernyataan kepada CNN. Investasi ini, tambahnya, akan terbayar melalui peningkatan pendapatan pariwisata, penciptaan lapangan kerja, revitalisasi perkotaan, dan pencitraan budaya, serta pelestarian dan reinterpretasi warisan kami di era baru ini.
Mencintai dan Membenci Brutalisme
Membangun kembali identitas kolektif menjadi perhatian utama bagi negara yang baru memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991. Di Uzbekistan, di mana 60% penduduknya berusia di bawah 30 tahun, tidak semua orang menyukai sisa-sisa masa lalu Soviet.
Kaum muda Uzbekistan sering memilih tinggal di apartemen bergaya Barat dan menganggap menara kaca dan baja di distrik bisnis internasional, termasuk Tashkent City Mall yang luas, sebagai simbol kebanggaan. Namun, modernitas yang seragam ini terkadang bertentangan dengan agenda para pelestari warisan.
Pembongkaran bioskop ikonik Dom Kino pada tahun 2017 untuk pembangunan taman bisnis, misalnya, memicu aksi para pendukung warisan budaya. Dalam tiga tahun terakhir, ACDF telah mengadakan 10 pameran di 10 negara, termasuk di Museum Louvre Paris dan Triennale Milan.
Laboratorium Arsitektur Berkelanjutan
Di tengah ledakan konstruksi saat ini, Uzbekistan sekali lagi menjadi magnet untuk ide-ide bangunan progresif, seperti pada 1960-an dan 1970-an. Namun, kali ini, isu yang paling penting adalah keberlanjutan.
Wael Al Awar, arsitek Lebanon yang menjadi kurator Biennale Bukhara perdana Uzbekistan, mengatakan bahwa kota-kota kuno di negara ini penuh dengan solusi hijau. Menurutnya, bangunan Uzbekistan dirancang oleh komunitas lokal yang memahami iklim dan lingkungan sekitar.
Sebagian besar bangunan kuno di Uzbekistan secara alami hemat energi. “Bangunan-bangunan ini nyaman di musim panas dan hangat di musim dingin karena pilihan material konstruksi dan sirkulasi udara yang baik,” kata Takhmina Turdialieva, salah satu pendiri kolektif Tatalab di Tashkent.
“Arsitektur modern di Uzbekistan harus berbasis pada material tradisional seperti batu bata dan tanah liat,” tambahnya.
Menuju Masa Depan Arsitektur Uzbekistan
Visi baru modernitas ini sedang diwujudkan di New Tashkent City, sebuah kawasan seluas 20.000 hektar yang diusulkan menjadi pusat ide desain berkelanjutan. Desain pemenang oleh Zaha Hadid Architects untuk Alisher Navoi International Scientific Research Centre, misalnya, menggunakan batu bata lokal untuk menciptakan struktur avant-garde khas firma tersebut.
Menurut Turdialieva, perhatian global terhadap desain Uzbekistan dapat membantu memacu generasi arsitek berikutnya di negara ini. “Mungkin ini akan menjadi titik awal di mana perhatian lebih akan diberikan kepada arsitek lokal sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya lebih baik,” katanya.