Sumber foto: Google

Analisis Bagaimana Militer Rezim Assad Runtuh Sekejap di Suriah

Tanggal: 14 Des 2024 18:31 wib.
Dalam waktu kurang dari dua minggu pemberontak akan menyerbu ibu kota Damaskus menggulingkan Presiden Bashar al-Assad saat pasukannya luluh lantak tiba-tiba mengakhiri konflik selama 13 tahun yang telah menewaskan ratusan ribu orang.

Suriah telah mengalami situasi konflik yang memuncak sejak pemberontakan terhadap rezim Bashar al-Assad dimulai pada tahun 2011. Tentara pemberontak yang semakin memperoleh dukungan dari masyarakat sipil dan negara-negara asing, akhirnya berhasil memiliki kekuatan yang cukup untuk menyerbu ibu kota Damaskus. Pasukan pemerintah yang sebelumnya kuat dan ditakuti tiba-tiba menunjukkan kelemahan yang tak terduga, memungkinkan pemberontak merebut kendali dengan cepat.

Beberapa faktor kunci yang dapat menjelaskan kejatuhan tiba-tiba militer rezim Assad adalah ketidakmampuan pemerintah untuk mempertahankan dukungan masyarakat, kekuatan penuh dari pemberontak dan aliansi mereka, serta tekanan eksternal dari negara-negara dengan kepentingan dalam konflik Suriah.

Salah satu faktor terpenting adalah kehilangan dukungan masyarakat terhadap rezim. Meskipun pemerintah Assad secara brutal menindak protes awal dan mengambil tindakan represif terhadap oposisi, dukungan untuk rezim semakin menurun seiring berjalannya waktu. Penggunaan kekerasan yang berlebihan dan pemadaman hak asasi manusia telah membuat rakyat Suriah semakin jenuh terhadap rezim Assad. Dengan kehilangan dukungan ini, pasukan pemberontak mendapatkan momentum baru dan meningkatkan kekuatan mereka untuk melawan pasukan rezim.

Selain itu, kekuatan penuh dari pemberontak dan aliansi mereka juga menjadi faktor penting dalam kejatuhan rezim Assad. Berbagai kelompok pemberontak, termasuk Tentara Pembebasan Suriah dan kelompok-kelompok lain yang mendukung revolusi, telah berhasil menggabungkan kekuatan mereka dan mengkoordinasikan serangan mereka terhadap pasukan pemerintah. Mereka juga menerima dukungan dari negara-negara asing yang ingin melihat kejatuhan rezim Assad. Dengan demikian, kekuatan pemberontak terus meningkat, sedangkan pasukan rezim semakin terpecah dan kehilangan koordinasi.

Selain faktor internal, tekanan eksternal dari negara-negara dengan kepentingan dalam konflik Suriah juga turut berperan dalam kejatuhan militer rezim Assad. Berbagai negara seperti Turki, Arab Saudi, dan Amerika Serikat telah memberikan dukungan logistik, persenjataan, dan bantuan lainnya kepada pemberontak. Dukungan ini telah memberikan kekuatan tambahan bagi pemberontak dalam melawan pasukan rezim. Selain itu, tekanan politik dan ekonomi dari negara-negara Barat dan internasional juga membuat rezim Assad semakin terisolasi dan lemah di mata dunia.

Dengan berbagai faktor tersebut, kejatuhan militer rezim Assad di Suriah terjadi dengan cepat dan mengejutkan banyak pihak. Dalam waktu kurang dari dua minggu, pasukan pemberontak berhasil menyerbu ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim yang telah berkuasa selama puluhan tahun. Kejatuhan ini memberikan pelajaran penting bagi rezim otoriter lainnya di dunia tentang betapa pentingnya mempertahankan dukungan masyarakat, merawat koordinasi dan kekuatan militer, serta memperhatikan tekanan eksternal dalam menghadapi konflik internal.

Dengan demikian, kejatuhan tiba-tiba militer rezim Assad di Suriah merupakan hasil akumulasi berbagai faktor kompleks yang berada dalam permainan. Hal ini juga menjadi peringatan bagi negara-negara lain bahwa kekuasaan yang terlalu otoriter dan tindakan represif terhadap masyarakat dapat berujung pada kejatuhan yang tidak terduga.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved