Al-Qur’an Tertua di Dunia: Manuskrip Kufi dari Masa Khalifah
Tanggal: 17 Mei 2025 15:32 wib.
Manuskrip adalah harta karun budaya dan sejarah yang memberikan wawasan mendalam tentang perkembangan agama dan peradaban manusia. Salah satu manuskrip yang paling berharga dalam konteks sejarah agama adalah Al-Qur’an tertua yang diketahui, yaitu manuskrip Kufi yang berasal dari masa Khalifah. Manuskrip ini tidak hanya memiliki nilai religius yang tinggi, tetapi juga memiliki arti penting dalam memahami evolusi teks agama Islam dan budaya yang mengelilinginya.
Al-Qur’an telah menjadi petunjuk hidup bagi umat Islam selama lebih dari 14 abad. Sejak awal, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui wahyu, dan seiring berjalannya waktu, teks tersebut mulai dikumpulkan menjadi suatu bentuk tertulis. Manuskrip Kufi yang ditemukan mencerminkan penulisan awal Al-Qur’an, yang dalam banyak aspek mencerminkan tradisi lisan yang kuat dalam masyarakat Arab saat itu.
Salah satu karakteristik paling mencolok dari manuskrip Kufi adalah bentuk hurufnya yang unik dan artistik. Gaya penulisan Kufi ini dianggap sebagai salah satu jenis kaligrafi tertua dalam dunia Islam, yang dihasilkan dari keahlian tinggi para kaligrafer pada masa itu. Huruf-huruf Kufi sering kali berukuran besar dan tebal, memberikan tekstur visual yang khas yang tidak hanya menonjol secara estetis tetapi juga menghormati keagungan ayat-ayat yang umumnya tertulis di dalamnya.
Manuskrip Kufi yang paling tua ini diperkirakan berasal dari abad ke-7 atau ke-8 Masehi, yang mencakup periode pemerintahan beberapa Khalifah Islam pertama. Dalam konteks sejarah, pengumpulan dan penulisan teks suci ini berlangsung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman bin Affan. Khalifah-khalifah ini berperan penting dalam upaya untuk memelihara keseluruhan isi Al-Qur’an agar tetap utuh dan akurat, mengingat Islam pada masa itu sedang dalam fase penyebaran yang pesat.
Penemuan manuskrip Kufi juga menggambarkan bagaimana agama Islam dapat beradaptasi dengan budaya setempat di berbagai wilayah. Beberapa almukafi yang ditemukan di berbagai lokasi menunjukkan bahwa meskipun ada kesatuan dalam ajaran agama, ada nuansa lokal dalam penulisan dan penyampaian teks. Ini memberikan pengertian yang dalam tentang interaksi antara teks dan budaya, serta bagaimana masyarakat memaknai dan menyebarkan ajaran Islam.
Penting untuk diingat bahwa manuskrip Kufi bukan hanya sekadar artefak arkeologis, tetapi juga merupakan saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah agama Islam. Manuskrip ini mengungkapkan betapa besar dedikasi komunitas Muslim awal dalam menjaga keutuhan dan keaslian pesan Al-Qur’an. Pengkajian lebih lanjut tentang manuskrip ini memberikan perspektif tentang intelektualisme Islam di masa lalu dan pengaruhnya dalam berbagai spektrum kehidupan umat manusia.
Di era digital ini, pemeliharaan dan aksesibilitas terhadap manuskrip kuno sangatlah penting. Banyak institusi mulai menerapkan teknologi modern untuk mendigitalkan dan melestarikan manuskrip Kufi dan lainnya, sehingga generasi mendatang dapat mengakses serta belajar dari warisan sejarah ini. Manuskrip ini bukan hanya berfungsi sebagai dokumen religius; mereka juga adalah sumber daya yang sangat berharga bagi para peneliti, sejarawan, dan siapa pun yang berminat mempelajari evolusi agama Islam dalam lapisan-lapisan sejarahnya.
Dengan demikian, menjaga keberadaan dan nilai manuskrip Kufi sangat penting dalam upaya memahami lebih dalam tentang Islam, sejarah agama, dan warisan budaya umat manusia secara keseluruhan.