Aksi Kamisan Peringati 32 Tahun Kematian Marsinah dan Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto
Tanggal: 10 Mei 2025 06:48 wib.
Tampang.com | Pada Kamis, 8 Mei 2025, ratusan peserta Aksi Kamisan berpakaian serba hitam berkumpul di kawasan pintu barat Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Aksi ini bertujuan untuk memperingati 32 tahun wafatnya aktivis buruh Marsinah dan menolak wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
Dengan tema "Marsinah Dibunuh karena Melawan," para peserta aksi membawa spanduk dan poster bergambar Marsinah serta pesan-pesan perlawanan. Mereka menyuarakan penolakan terhadap rencana pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto, yang dianggap mencederai ingatan atas sejarah kelam dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu.
Rina Wulandari, seorang buruh berusia 29 tahun yang turut serta dalam aksi, menyatakan bahwa Marsinah dibunuh karena membela hak-hak buruh. "Dia dibunuh karena membela kami buruh. Jangan sampai sejarah dikaburkan. Yang pantas diberi gelar pahlawan ya orang yang rela mati demi rakyat, bukan yang menindas rakyatnya," ujarnya.
Heru, seorang aktivis HAM berusia 34 tahun, juga menegaskan bahwa pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto adalah sebuah ironi sejarah. "Soeharto adalah simbol dari otoritarianisme, dan Marsinah adalah korbannya. Memuliakan Soeharto adalah mencederai sejarah dan para korban pelanggaran HAM," katanya.
Aksi Kamisan ini juga merupakan respons terhadap pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang sebelumnya menyatakan dukungan agar Marsinah diangkat sebagai pahlawan nasional. Para peserta aksi menuntut pemerintah untuk menuntaskan kasus pembunuhan Marsinah dan mengusulkan Marsinah sebagai pahlawan nasional.
Marsinah adalah seorang aktivis buruh yang dibunuh secara keji pada 8 Mei 1993 setelah memperjuangkan hak-hak buruh di perusahaan tempatnya bekerja. Hingga kini, kasus pembunuhannya belum tuntas, dan para pelaku serta dalang di balik pembunuhannya belum diadili.
Aksi Kamisan ke-860 ini menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk keadilan dan pengakuan terhadap korban pelanggaran HAM masih terus berlangsung. Para peserta aksi berharap agar pemerintah tidak melupakan sejarah dan menghormati para pejuang yang telah berkorban demi rakyat.