9 Jam Terjebak Macet Horor di Puncak, Wisatawan Mau "Happy" Malah Frustrasi
Tanggal: 28 Jan 2025 23:07 wib.
Niat berlibur dan mencari kebahagiaan ternyata berujung frustrasi bagi banyak wisatawan yang memilih kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, sebagai tujuan liburan. Kemacetan panjang yang terjadi pada Senin (27/1/2025) membuat rencana liburan berubah menjadi pengalaman yang melelahkan.
Wiwin (30), seorang wisatawan asal Tambun, Bekasi, Jawa Barat, mengungkapkan kekecewaannya setelah terjebak macet selama berjam-jam di jalur Puncak. Ia dan keluarganya berniat bersantai sambil menikmati suasana pegunungan, tetapi malah mendapatkan pengalaman yang sebaliknya.
"Anak-anak rewel semua. Kita tadinya mau happy-happy, malah jadi nyiksa anak,” ujarnya sambil menggendong anaknya yang terlihat lelah.
Macet Hingga Malam Hari
Tidak hanya Wiwin, Putri (33), wisatawan asal Tangerang Selatan, juga merasakan hal yang sama. Ia menyebut dirinya terjebak macet sejak siang hingga malam hari.
“Dari jam 12 siang sampai jam 8 malam ini belum dibuka juga. Harusnya liburan itu bikin rileks, tapi ini malah bikin capek,” keluhnya.
Kemacetan parah ini dipicu oleh penerapan sistem satu arah (one way) dari Puncak Pass, Cianjur, hingga Kilometer 48+200 Gadog arah Jakarta. Sistem tersebut mulai diterapkan sejak pukul 11.30 WIB untuk mengurai kepadatan arus kendaraan, tetapi ternyata justru menambah frustrasi wisatawan yang hendak turun dari Puncak.
Dampak Sistem Satu Arah
Sistem satu arah memang sering digunakan di kawasan Puncak saat terjadi lonjakan jumlah kendaraan, terutama pada akhir pekan atau hari libur. Namun, implementasinya kali ini menimbulkan polemik. Banyak wisatawan merasa tidak mendapatkan informasi yang jelas terkait jadwal buka-tutup jalur, sehingga mereka terjebak tanpa persiapan.
“Kalau dari awal ada pemberitahuan jelas kapan jalur dibuka, mungkin kita bisa cari alternatif jalur atau nunggu di tempat yang nyaman. Tapi ini cuma nunggu di mobil sambil lihat anak-anak nangis karena bosan,” ujar Wiwin.
Selain itu, kemacetan panjang juga menyebabkan beberapa kendaraan kehabisan bahan bakar di tengah perjalanan. Banyak pengemudi harus berhenti di pinggir jalan untuk mencari solusi, sementara petugas kepolisian tampak kewalahan mengatur arus kendaraan.
Kritik dan Saran untuk Pengelolaan Jalur Puncak
Kemacetan di jalur Puncak bukanlah hal baru, tetapi kondisi kali ini dinilai lebih parah dibandingkan sebelumnya. Beberapa wisatawan menyampaikan kritik terhadap pengelolaan lalu lintas yang dianggap kurang efektif.
“Harusnya ada evaluasi lagi. Sistem one way itu tidak bisa jadi solusi jangka panjang. Perlu ada penambahan jalur atau pengelolaan lebih baik,” ujar Putri.
Sebagian wisatawan lainnya berharap pemerintah daerah dan pihak kepolisian bisa lebih transparan dalam memberikan informasi terkait kondisi jalan. Mereka juga mengusulkan agar disediakan lebih banyak area peristirahatan di sepanjang jalur untuk mengurangi ketidaknyamanan wisatawan yang terjebak macet.
Pelajaran bagi Wisatawan
Bagi wisatawan, kejadian ini menjadi pelajaran penting untuk lebih mempersiapkan perjalanan, terutama saat berlibur ke destinasi yang dikenal rawan macet seperti Puncak. Memeriksa kondisi lalu lintas, mencari jalur alternatif, serta membawa bekal yang cukup untuk mengantisipasi kemacetan panjang adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan.
Kemacetan panjang di jalur Puncak kali ini menjadi pengingat bahwa kawasan wisata populer seperti Puncak memerlukan pengelolaan lalu lintas yang lebih baik. Tidak hanya demi kenyamanan wisatawan, tetapi juga untuk memastikan bahwa perjalanan menuju tempat liburan tidak menjadi mimpi buruk. Semoga kejadian ini menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak terkait, sehingga pengalaman liburan wisatawan ke depannya bisa benar-benar memberikan kebahagiaan, bukan frustrasi.