71 Ribu Perempuan Usia Subur di Indonesia Memilih Childfree
Tanggal: 19 Nov 2024 09:24 wib.
Laporan BPS 2023 berjudul "Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia" mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Menurut laporan tersebut, ada sekitar 71 ribu perempuan Indonesia berusia 15-49 tahun yang menyatakan bahwa mereka tidak ingin memiliki anak. Hal ini menjadi sorotan utama dalam masyarakat karena fenomena childfree masih dianggap sebagai hal yang tabu dan jarang dibahas secara terbuka.
Tren penurunan angka kelahiran sendiri menjadi fenomena global yang terjadi hampir di semua negara. Semakin ke sini, semakin sedikit anak yang dilahirkan, ini diduga terjadi akibat pandemi Covid-19, di mana kebijakan Work From Home (WFH) ditengarai cukup memengaruhi keputusan seseorang untuk memiliki anak. Seiring dengan perubahan gaya hidup dan tuntutan pekerjaan yang semakin berat, banyak perempuan merasa lebih bebas untuk membuat pilihan tersebut.
Menurut laporan BPS, tren penurunan minat memiliki anak di kalangan perempuan usia subur telah terjadi sejak tahun 2020. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor yang diduga memengaruhi tren childfree di Indonesia.
1. Pengaruh Work From Home (WFH)
Kebijakan WFH yang diterapkan dalam penanganan pandemi Covid-19 telah memberikan pengaruh besar terhadap gaya hidup masyarakat. Banyak perempuan merasa bahwa mereka memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan mereka khawatir dengan tanggung jawab yang meningkat jika memiliki anak.
2. Beban Finansial
Kondisi ekonomi yang tidak stabil di masa pandemi juga turut memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Banyak perempuan yang memilih untuk fokus pada karir dan membangun finansial yang lebih stabil daripada memikirkan tanggung jawab memiliki anak.
3. Keterbatasan Akses Pelayanan Kesehatan
Di tengah kondisi pandemi yang menimbulkan keterbatasan akses pelayanan kesehatan, banyak perempuan khawatir dengan risiko dan tanggung jawab kesehatan yang akan timbul jika mereka memiliki anak.
4. Perubahan Pola Pikir Masyarakat
Pola pikir masyarakat yang semakin menerima bahwa memiliki anak bukanlah satu-satunya pilihan dalam hidup juga turut memengaruhi keputusan perempuan untuk memilih childfree.
Meskipun fenomena childfree di Indonesia menunjukkan peningkatan, penting untuk menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dari tren ini. Pendidikan seksual yang lebih baik, dukungan psikologis, dan pembahasan terbuka mengenai pilihan hidup seseorang akan membantu masyarakat untuk lebih memahami dan menerima pilihan childfree.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pilihan untuk tidak memiliki anak adalah hak setiap individu. Namun demikian, perlu juga diakui bahwa hal ini membutuhkan pendekatan yang bijaksana dari segi kebijakan dan sosial, agar tidak menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang.
Dengan segala faktor yang memengaruhi tren childfree di Indonesia, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan pemahaman terhadap pilihan hidup setiap individu. Diskusi terbuka dan pendekatan yang bijaksana diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi semua orang dalam mengambil keputusan mengenai kehidupan pribadinya. Sementara itu, penelitian lebih lanjut dan pembahasan yang mendalam perlu dilakukan untuk memahami secara menyeluruh fenomena childfree ini.