4 Alasan Chernobyl Jadi Kota Mati Tapi Hiroshima Tidak
Tanggal: 27 Apr 2025 10:50 wib.
Tampang.com | Salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah yang menyebabkan Kota Chernobyl dan kota-kota di sekitarnya menjadi kota mati adalah insiden reaktor nuklir di tahun 1986. Meski begitu, banyak orang bertanya-tanya: Apa sih yang membuat Chernobyl hingga kini tetap kosong dan berbahaya, sementara Hiroshima dan Nagasaki, yang juga pernah mengalami ledakan nuklir saat Perang Dunia II, kini sudah bisa dihuni dan bahkan menjadi kota modern yang ramai?
Ternyata, ada empat alasan utama yang membedakan nasib Chernobyl dengan Hiroshima dan Nagasaki. Yuk, simak!
1. Sejarah Insiden Nuklir
Perbedaan pertama terletak pada jenis insiden nuklir yang terjadi. Hiroshima dan Nagasaki mengalami ledakan bom atom yang memang sengaja dijatuhkan untuk tujuan militer. Bom tersebut meledak di udara sebelum mencapai tanah, sehingga sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas dan gelombang kejut.
Sementara itu, di Chernobyl, yang terjadi adalah kebocoran reaktor nuklir akibat kesalahan manusia dan kegagalan sistem. Reaktor nuklir yang meledak menyebarkan partikel radioaktif berat langsung ke lingkungan dan tanah di sekitarnya. Karena itu, kontaminasi di Chernobyl jauh lebih parah dan mendalam dibandingkan Hiroshima.
2. Tingkat Radiasi yang Dihasilkan Berbeda Jauh
Tingkat radiasi yang dilepaskan di Chernobyl jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Bom atom memang menghasilkan radiasi, tetapi dalam jangka pendek, karena sebagian besar energi dilepaskan seketika saat ledakan.
Sedangkan di Chernobyl, material radioaktif seperti cesium-137 dan strontium-90 tersebar luas dan memiliki waktu paruh puluhan hingga ratusan tahun. Artinya, radiasi berbahaya tetap bertahan lama di lingkungan, membuat daerah tersebut sangat berisiko untuk dihuni hingga saat ini.
3. Perbandingan Jumlah Nuklir yang Meledak Berbeda Jauh
Jumlah material nuklir yang terlibat juga sangat berbeda. Bom atom yang meledak di Hiroshima, "Little Boy", mengandung sekitar 64 kilogram uranium, dan hanya sebagian kecil yang benar-benar mengalami reaksi nuklir.
Di sisi lain, reaktor Chernobyl berisi sekitar 180 ton uranium, dan saat meledak, reaktor itu menyebarkan material radioaktif dalam jumlah jauh lebih besar ke atmosfer. Akibatnya, area terdampak di sekitar Chernobyl memiliki konsentrasi radiasi yang luar biasa tinggi dan meluas ke berbagai wilayah Eropa.
4. Posisi Ledakan yang Turut Menjadi Pengaruh
Faktor lain yang sering dilupakan adalah posisi ledakan. Bom di Hiroshima dan Nagasaki meledak di udara, sekitar 500–600 meter di atas permukaan tanah. Ledakan di udara ini membantu membatasi kontaminasi tanah secara langsung.
Sebaliknya, ledakan di Chernobyl terjadi di permukaan tanah bahkan lebih buruk lagi, di dalam fasilitas reaktor yang mengandung banyak bahan radioaktif. Ketika reaktor hancur, partikel radioaktif berat menyebar langsung ke tanah, air, dan udara, membuat pembersihan dan dekontaminasi menjadi hampir mustahil.
Itulah empat alasan utama kenapa Chernobyl tetap menjadi kota mati, sementara Hiroshima dan Nagasaki bisa bangkit kembali menjadi kota yang hidup dan berkembang. Kisah ini menjadi pengingat pentingnya memahami risiko teknologi nuklir dan pentingnya manajemen keselamatan yang ketat.