Insinyur Temukan Cara untuk Evaluasi Green Roof

Tanggal: 21 Agu 2017 21:41 wib.
Green infrastructure (infrasturuktru hijau) merupakan konsep yang menarik, namun ada kekhawatiran seputar keefektifannya. Peneliti di University of Illinois di Urbana-Champaign menggunakan teknik matematika yang secara tradisional digunakan dalam rekayasa gempa untuk menentukan seberapa baik infrastruktur hijau bekerja.

Green roof (atap hijau) yang datar, permukaan vegetasi di bagian atas bangunan dirancang untuk menangkap dan menahan air hujan dan menyaring apapun yang dilepaskan kembali ke lingkungan.

"Retensi ini membantu menampung sejumlah besar hujan di sistem saluran pembuangan kota, dan penyaringan membantu menghilangkan kemungkinan kontaminan yang ditemukan dalam air badai," kata Reshmina William, seorang mahasiswa pascasarjana teknik sipil yang melakukan penelitian dengan Profesor teknik Ashlynn Stillwell.

Khawatiran umum mengenai atap hijau adalah variabilitas dari kinerjanya. Salah satu tantangannya adalah mencari tahu seberapa baik bangunan yang menahannya akan merespons peningkatan dan bobot yang sangat bervariasi antara kondisi basah dan kering. Tantangan lain adalah menentukan seberapa baik mereka mempertahankan dan memproses air dengan adanya intensitas, durasi dan frekuensi yang berbeda, kata William.

Saat mempelajari analisis reliabilitas di salah satu mata kuliahnya, William mengemukakan gagasan untuk menggunakan konsep matematika yang tampaknya tidak terkait yang disebut kurva kerapuhan untuk menghadapi masalah ini.

"Teknik gempa memiliki masalah yang sama karena sulit memprediksi gempa yang akan terjadi pada sebuah bangunan," kata William. "Infrastruktur hijau memiliki variabilitas yang jauh lebih banyak, tapi itulah yang membuat kurva kerapuhan ideal untuk menangkap dan menentukan dinamika yang terkait."

William mengatakan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memfasilitasi komunikasi antara ilmuwan, pembuat kebijakan, pengembang dan masyarakat umum mengenai risiko finansial dan manfaat lingkungan dalam mengambil biaya semacam itu.

"Salah satu penghalang terbesar untuk penerimaan infrastruktur hijau adalah persepsi risiko finansial," kata William. "Orang ingin tahu apakah keuntungan dari atap hijau akan membenarkan biaya, tapi risiko itu dikurangi dengan mengetahui kapan pemasangan akan paling efektif, dan dari situlah model kami masuk."

Hasil analisis model dan risikonya, yang muncul dalam Journal of Sustainable Water in the Built Environment, memberikan gambaran kinerja infrastruktur hijau untuk atap hijau ini. Hasil dari model tunggal tidak menghasilkan pendekatan satu ukuran untuk semua evaluasi infrastruktur hijau, dan William dan Stillwell mengatakan bahwa itu adalah salah satu kekuatan teknik mereka. Kemampuan beradaptasi di berbagai teknologi dan lingkungan sangat penting untuk analisis infrastruktur hijau.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved