Makam Datuk Karama, Bukti Adanya Jejak Syiar Islam di Palu

Tanggal: 26 Jun 2018 19:17 wib.
Saat ini Makam Datuk Karama nan sakral telah dijadikan salah satu objek wisata religi di Palu (Sulawesi Tengah) dan bisa diakses siapa pun. Tidak jarang ketika akhir pekan tiba, makam yang terletak di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Pahi Barat, itu selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal dan asing dari latar belakang agama mana pun.

Datuk Karama ialah ulama asal Minangkabau, Sumatra Barat. Ia bernama asli Syekh Abdullah Raqie. Datuk yang menyebarkan Islam di Palu pada abad ke-17 itu awalhya tiba di Kampung Lere yang saat ini telah menjadi Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Datuk Karama datang pada masa Kerajaan Kabonena, yang saat itu dipimpin Raja Ipue Nyidi.

Selanjutnya Datuk Karama melakukan syiar Islam ke wilayah lain yang dihuni masyarakat asli suku Kaili. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Palu, Donggala, Sigi, Parigi Moutong, dan Tojo Una-Una.

Ketika itu, masyarakat asli Kaili masih menganut kepercayaan animisme yang disebut 'tumpuna'. Mereka belum memiliki agama satu pun. Mereka juga memercayai ada makhluk yang menunggui benda-benda keramat.

Namun, lewat pendekaran persuasif dan karismanya yang tinggi, syiar Islam Datuk Karama melalui ceramah-ceramah pada upacara-upacara adat akhirnya secara perlahan bisa diterima | Raja Kabonena, Ipue Nyidi, dan masyarakat Kaili.

Atas perjuangannya, Datuk Karama juga berhasil mengajak Ipue Nyidi beserta rakyatnya untuk masuk Islam dan di kemudian hari, Ipue Nyidi dikenang sebagai raja yang pertama masuk Islam di Palu.

Saat itu pula Datuk Karama beserta keluarga dan pengikutnya tidak lagi kembali ke tanah kelahiran mereka di Minangkabau. Mereka bertahan di Palu untuk menyebarkan agama Islam. Sampai meninggal, Datuk Karama beserta istrinya Intje Dille, dan dua anaknya, Intje Dongko dan Intje Saribanu, serta pengikutnya dimakamkan di Palu, di areal makam kelurahan Lere.

Seiring dengan berjalannya waktu, makam Datuk Karama dibenahi menjadi konstruksi rumah Gadang khas Minang, dan sebagai cagar budaya, serta objek wisata religi. Sementara itu, untuk menghormati jasa-jasa Datuk Karama, Pemerintah Kota Palu menamai salah satu perguruan tinggi di Palu dengan Institut Agama Islam Negeri Datuk Karama. Tidak cuma itu, sejumlah peninggalan Datuk Karama juga hingga saat ini digunakan warga Palu, di antaranya alat musik tradisional suku Kaili, kakula. Alat musik itu sama dengan alat musik talempong di Minangkabau.

Berkat syiar Datuk Karama pula, Kota Palu kini menjadi kota dengan jumlah penganut agama Islam terbesar di Sulawesi Tengah, yaitu 99,8% dari populasi. Sisanya terdiri dari penganut agama lain seperti Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha, dan Hindu.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved