Partai Pendukung Penista Agama Islam Dibelakang Jokowi-Maruf Amin

Tanggal: 7 Mar 2019 01:09 wib.
Kejadian penistaan agama oleh Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) menunjukkan siapa saja partai yang mendukung penista agama. Pada saat Ahok dipenjara, semua pendukung terlihat aslinya, beberapa yang terlihat:


Megawati Soekarnoputri mengatakan ulama itu peramal masa depan, memakai ideologi tertutup, sambal dengan guyon, mereka yang menceritakan akherat belum tentu mengetahui, karena mereka belum pernah mengetahuinya.
Sukmawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa adzan tidak lebih baik dari kidung, hijab tidak pantas dipakai oleh orang Indonesia, dan dengan bangganya dihadapan para desainer Indonesia di acara Indonesia Fashion Week.
Abu Janda/Permadi Arya, yang mengatakan bendera rosul itu bendera teroris. Sambil bilang “goblooook” yang masih percaya itu bendera rosul.
Banser, yang membakar bendera rosul yang bertuliskan 2 kalimat syahadat, tidak ada respon yang serius dari pemerintah untuk pembakar bendera, malahan pembawa bendera yang ditahan.
Ade Armando yang selalu menghina Islam, sebagai tanda perlawanan terhadap ditahannya Ahok.
Guntur Romli, sampai men-twit bahwa Maruf Amin itu ulama su’ (jelek, buruk dan jahat) karena telah memberatkan Ahok dipersidangan penista agama.
Grace Natalie, yang terus-terusan membela Ahok sebelum vonis dijatuhkan, dan setelah Ahok masuk penjarapun masih berusaha memperlihatkan sebagai anti-Islam.


Dan masih banyak lagi, kejadian di rezim ini, penistaan agama terhadap Islam makin menjamur di jaman Jokowi menjadi presiden 2014-2019.

Rakyat yang merasa tersakiti dengan ulah para pembela Ahok termasuk presiden Joko Widodo sendiri yang tidak melakukan apapun, terlihat membela sekali terhadap penahanan Ahok, sehingga menempatkan Ahok di penjara Mako Brimob (dipenjara ngga ya?).

Partai pendukung penista agama Islam pada kasus Ahok yaitu: PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem, PPP, PKB dan PSI. Ternyata pendukung Ahok dan Joko Widodo, tidak ada perbedaan, tidak ada partai yang berpindah ke kubu yang lain.

Saat ini pemerintah sangat mengutamakan Kepolisian, sedangkan TNI tidak dianggap. Kepolisian Indonesia sudah dijadikan alat pemerintah untuk membantu teman atau partai pendukung pemerintah. Jika ada pihak oposisi melakukan kesalahan, langsung bergerak dan diproses secepat-cepatnya. Berbeda sekali jika ada masalah dengan pendukung pemerintah, walaupun dia menghina agama sekalipun, mereka tetap aman, walaupun sudah dilaporkan ke kepolisian. Semua laporan dianggap angin lalu yang tidak jelas kapan ditindaklanjuti.

Joko Widodo sengaja mengajak Maruf Amin untuk menarik suara umat Islam, karena merasa suara umat Islam banyak yang lepas sejak kejadian masjid di Tolikara dibakar dan yang diundang ke istana negara adalah orang-orang di organisasi pembakar masjid. Maruf Amin sebagai ketua MUI pada saat diajak menjadi cawapres, umur 76 tahun, memang sudah diinginkan oleh PDIP. Agar nanti jika Jokowi menang, wakil presidennya tidak bisa melanjutkan untuk mencalonkan menjadi presiden karena sudah sepuh, itu pun jika Maruf Amin bisa menyelesaikan jabatannya. Jika diperjalanan waktu, Maruf Amin meninggal dunia, wakil presiden pengganti bisa saja Ahok atau Luhut B Panjaitan.

 

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved