Menggelikannya Survei Median yang Soal SBY Ini

Tanggal: 24 Feb 2018 10:20 wib.
Lagi-lagi rilis hasil survei menuai kontroversi. Kali ini hasil survei Media Survei Nasional atawa Median yang drilis pada 22 Februari 2018 mendapat sorotan.

Salah satu “temuan” Median yang mendapat sorotan adalah bahwa pemilih Partai Demokrat lebih memilih Jokowi daripada putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono apabila pilpres digelar saat ini..

"Grassroot Demokrat justru lebih memilih Jokowi daripada Agus Harimurti Yudhoyono," kata kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun saat merilis hasil surveinya di Jakarta, sebagaimana dikutip Kompas.com

Menurut Median, responden yang memilih Partai Demokrat, sebanyak 22,5 persen menjatuhkan pilihannya ke Jokowi apabila pilpres digelar saat ini. Sementara yang memilih Agus Harimurti Yudhoyono sebanyak 17,5 persen.

Tidak ada yang salah dengan angka-angka yang disajikan Median dalam rilis surveinya tersebut. Demikian juga dengan hasil survei yang menyebut konstituen atau pemilih Golkar, PPP, Hanura dan PAN lebih banyak yang memilih Prabowo Subianto ketimbang Joko Widodo apabila pilpres digelar saat ini (Sumber: Kompas.com).

Karenanya salah besar jika Ketua Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menanggapi hasil survei Median tersebut dengan mengatakan, “Survei ini sgt diragukan keakurasiannya, cenderung hanya persepsi sj. Sy meyakini yg disurvei blm tentu kader Demokrat. Harusbya yg di survei yg punya KTA DEMOKRAT. Medium jika tdk mampu tunjukkan bahwa yg disurvei punya KTA DEMOKRAT, mk hasil surveinya NOL BESAR”.

Jelas dalam sejumlah pemberitaan, tertulis “pemilih atau konstituen”. Konstituen, menurut Kamus Politik Rebanas.com berarti anggota atau masyarakat pendukung parpol. Jadi pemilih belum tentu merupakan anggota parpol. Demikian juga dengan konstituen. Bukankah anggota Demokrat yang memiliki KTA jauh lebih sedikit dari pemilih Demokrat dalam Pileg 2014 yang menyentuh angka 12,7 juta.

Kemudian, sebagai bahan perbandingan, dalam survei pemasaran atau marketing research, karyawan pada perusahaan yang bergerak di bidan yang menjadi obyek survei tidak bisa dijadikan responden. Misalnya, karyawan pabrik rokok tidak bisa menjadi responden dalam survei yang terkait rokok.

Sayangnya, dari pencarian lewat sejumlah pemberitaan, publik tidak mengetahui kriteria 1.000 responden yang dipilih oleh Median dalam surveinya yang digelar dalam periode 1-9 Februari 2018 tersebut. Tidak jelas, apakah Median menghalalkan anggota parpol untuk menjadi survei terkait dukungan dalam Pemilu 2019?

Tetapi, halal tidaknya anggota parpol dijadikan responden oleh Median tidak bisa dipersoalkan. Karena, mungkin saja Median memiliki “nilai-nilai” tersendiri dalam surveinya.

Namun demikian, tetap saja hasil survei Median yang baru dirilis kemarin tersebut memiliki bagian yang begitu membingungkan.

Disalin tempel dari Kompas.com, “Terbukti, dari survei tersebut, sebanyak 20 persen konstituen Demokrat masih memilih SBY sebagai calon presiden. Padahal, nama Presiden RI dua periode itu tidak dimasukkan ke dalam daftar pilihan karena sesuai aturan tak memungkinkan lagi untuk mencalonkan diri.”

Sayangnya, dari penelusuran lewat mesin pencari Google, hanya Kompas.com yang menuliskan bagian dari survei Media yang bikin kening pembacanya berkerut-kerut.

Perhatikan, “... sebanyak 20 persen konstituen Demokrat masih memilih SBY sebagai calon presiden. Padahal, nama Presiden RI dua periode itu tidak dimasukkan ke dalam daftar pilihan...”.

Pertanyaannya sangat begitu sederhana, bagaimana mungkin responden bisa memilih SBY kalah nama SBY tidak ada dalam daftar?

Lebih membingungkan lagi jika membaca “apabila pilpres digelar saat ini”. Bukankah dalam pemilu pemilih tidak bisa memilih figur di luar yang tercetak dalam surat suara.

Jika pada surat suara hanya tercetak foto Jokowi berserta pasangannya, foto Prabowo dan pasangannya, dan foto Gatot Swandito yang berdampingan dengan pasangannya, apakah bisa pemilih mencoblos Susilo Bambang Yudhoyono dengan pasangannya? Bukankah yang dicoblos pemilih adalah kotak berisi foto pasangan calon atau di luar kotak yang kemudian dinyatakan sebagai suara tidak sah.

Karena survei Media sedikit banyak mengacu pada pelaksanaan pilpres, maka jika ada responden yang mengucapkan nama di luar nama-nama yang terdaftar, seharusnya jawaban responden tersebut dianggap tidak dicatat, apalagi sampai diolah yang kemudian dipublikasikan lewat media.

Demikian juga dengan survei Median. Responden seharusnya hanya memilih figur-figur yang didaftarkan. Karena pertanyaan soal keterpilihan dan kepopularitasan bersifat tertutup atau responden hanya memilih sesuai dengan pilihan yang disodorkan, baik lewat show card maupun drop card. Tetapi, lebih baik jika menggunakan drop card.

Bahasa gampangnya, “Barangnya saja tidak ada, kok bisa-bisanya ada yang beli”.

Nama SBY baru mungkin keluar dalam katagori top of mind. Ketika itu, responden menyebut nama tokoh, siapa pun itu, yang terlintas dalam benaknya. Responden menyebutkan siapa saja karena pertanyaan top of mind bersifat terbuka.

Dalam top of mind, jangankan nama SBY yang disebut oleh responden, nama Gajah Mada, Gatot Swandito, Ricky Ricardo, dan Miyabi pun sangat mungkin terucap oleh responden. Dan surveyor harus menuliskan siapa pun nama tokoh yang diucapkan oleh responden untuk kemudian dirilis lewat publikasi media.

Mendapati hasil survai yang membingungkan tersebut, muncul pertanyaan, apakah Median benar-benar menggelar surveinya? Kalau pun benar, apakah Median benar-benar mengolah data yang diambil di lapangan secara benar?

Jelang pelaksanaan pemilu memang ada banyak dan akan adan banyak lagi rilis-rilis survei yang membingungkan dan terkadang menggelikan. Dan, ketika “borok-boroknya” dituliskan dalam satu-dua artikel, ada lembaga survei yang tidak berani muncul lagi, ada juga yang masih tebal muka dengan terus merilis hasil surveinya.

Jumat, 23 Februari 2018, beredar hasil survei lembaga Alvara Research Center yang menunjukkan elektabilitas Joko Widodo mengungguli Prabowo jika pilpres dilaksanakan hari ini.

"Jokowi akan memperoleh suara terbanyak. Elektabilitas Jokowi sebesar 46,1 persen diikuti Prabowo 26,5 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 2,2 persen, dan Gatot Nurmantyo 1,4 persen," kata Pendiri Alvara Research Center Hasanuddin Ali, di Jakarta (Sumber: CNNIndonesia.com).

Tidak ada ada yang salah dengan angka-angka yang dirilis oleh Alvara. Hanya saja, nama Alvara mengingatkan pada hasil survei yang dirilis di Restoran Bumbu Desa, Jl Cikini Raya, Jakarta, Senin pada 29 November 2013.

Ketika itu Alvara menyebut tingkat popularitas Aburizal Bakrie alias Ical AKA ARB jauh di atas Jokowi dan Prabowo.

Dirilis juga oleh Alvara tentang Ical yang dinyatakan sebagai capres paling melekat di benar responden. Menurut Alvara, angka top of mind Ical sebesar 33,5 persen mengalahkan raihan Jokowi yang disebut 26,4 persen responden dan Prabowo yang hanya 10,0 persen.

Tetapi, ketika membaca lebih jauh survei Alvara yang salah satunya dipublikasikan oleh Detik.com. Ternyata, tingkat popularitas Ical bukan hanya di atas Jokowi dan Prabowo, tetapi juga jauh mengungguli Rhoma Irama yang hanya dikenali oleh 20,8 persen responden.

Berikut hasil Alvara yang yang dipublikasikan oleh Detik.com

1. Ical: 78,4 %
2. Jokowi: 76,0 %
3. Prabowo: 66,3 %
4. Wiranto: 62,5 %
5. Megawati: 62,4 %
6. Jusuf Kalla: 52,4 %
7. Dahlan Iskan: 36,3 %
8. Surya Paloh: 32,7 %
9. Hatta Radjasa: 28,9 %
10. Mahfud MD: 24,1 %
11. Rhoma Irama: 20,8 %
12. Marzuki Alie: 10,6 %
13. Lainnya: 49,3 %

Ada yang percaya jika Surya Paloh jauh lebih dikenal ketimbang Rhoma?

Sebenarnya tidak ada masalah dengan rilis-rilis survei yang ngaco binti ngawur. Sebab, perlahan publik pun akan menyadari jika sebagian dari lembaga survei sudah tertangkap tangan diduga sebagai tim pemenangan kampanye. Dan, sebagai tim pemenangan kampanye adalah hak dari lembaga survei untuk mendongkrak tingkat keterpilihan kliennya.

Karenanya, biarkan saja survei Median yang menyebut SBY dipilih oleh 20 persen respondennya, meskipun nama mantan presiden RI keenam tersebut tidak masuk ke dalam daftar nama calon presiden yang diajukan Median kepada respondennya.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved