Faizal Assegaf: Kabinet Kerja Pecah Suara, Presiden Membela Ahok-Djarok, Wakil Presiden Mendukung Anies-Sandi

Tanggal: 16 Apr 2017 23:56 wib.
Menjelang pilkada DKI putaran ke-2, banyak sekali kecurangan terjadi yang didapat oleh panwaslu, hari ini, Minggu, 16 April 2017, banyak sekali berseliweran mobil PDIP membawa sembako untuk dibagikan ke warga Jakarta dari pihak tim sukses Ahok-Djarot.

Bukan hanya di masyarakat Jakarta yang pecah suara, seluruh masyarakat Indonesia mengamati, dikarenakan Ahok sudah jadi terdakwa, dan keputusan vonisnya ditunda manjadi tanggal 20 April 2017, seharusnya dibacakan seminggu yang lalu, karena ada permintaan dari kapolda jaya, maka pembacaan vonis bebas atau dihukumnya diundur, menjadi setelah pilkada.

Di kabinet kerja Presiden Joko Widodo pun terjadi pecah suara. Kubu Jokowi dan Luhut Binsar Panjaitan yang memiliki hubungan dekat dengan konglomerat aseng, makin terlihat sangat membela paslon Ahok-Djarot, walaupun sudah terbukti bahwa Ahok bersalah sebagai penista agama.

Kubu yang mendukung Anies-Sandi, diperkirakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menhan Rymizardd Ryacudu, Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan sebagian besar dari anggota kabinet yang berhaluan nasionalis-religi.

Menurut Faizal Assegaf, ketua Progress 98, "Hubungan kedua kubu terlihat akur, namun suasana kebatinan di internal pemerintahan terbaca makin tidak solid, saling curiga dan beradu kekuatan.

Menurut Faizal, sebab musabab terjadinya tensi yang tinggi akibat dari akumulasi  keresahan umat islam atas kriminalisasi ulama/kyai dan tokoh-tokoh islam. 

Dan akibat dari kemungkinan besar grakan umat islam yang akan datang ke Jakarta pada tanggal 18-19 April, untuk menjaga pilkada yang adil dan jujur, menghindari intimidasi seperti yang terjadi di putaran ke-1, contohnya, yang dilakukan oleh iwan bopeng dkk. Sehingga diharapkan tidak ada lagi intimidasi terhadap panitia TPS, agar orang-orang yang tidak jelas bisa memberikan suara di pilkada DKI.

Menurut Faizal, "Sikap Jusuf Kalla memberi dukungan bagi calon Gubernur Muslim menuai simpati rakyat. Hal serupa juga secara eksplisit diperlihatkan Wiranto".

“Wajar bila Jusuf Kalla, Wiranto dan mayoritas anggota Kabinet atas kesamaan ideologi dan kepentingan nasional tergerak mengawasi Jokowi dan kroni-kroninya yang dicurigai mencurangi Pilgub DKI,” pungkas Faizal.

"Mayoritas rakyat dan petinggi negara tidak ingin Jakarta sebagai ibu kota negara dipimpin oleh terdakwa penista agama", kata Faizal.

"Melukai hati rakyat, juga menjadi preseden buruk dan merendahkan kehormatan NKRI," tegas Faizal Assegaf.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved