Buku DN Aidit: Membela Pancasila

Tanggal: 2 Jun 2017 22:10 wib.
Tahun 1964, DN Aidit sebagai tokoh PKI mengeluarkan buku "AIDIT MEMBELA PANTJASILA", masih ejaan lama, jika dengan ejaan EYD sekarang "AIDIT MEMBELA PANCASILA". Saat itu Dipa Nusantara Aidit, yang sering di tulis DN Aidit, sebagai ketua Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sebelum memakai nama Dipa Nusantara Aidit, nama aslinya Achmad Aidit. Dia tinggal sejak kecil sampai menjadi pemuda di Belitung. Aidit muda pada tahun 1936 meminta izin ke orang tuanya untuk melanjutkan ke Jakarta. Saat itu MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) ada di Jakarta, di Belitung belum ada.

Bakat kepemimpinannya terasah di MHS (Middestand Handel School), karena MULO sudah tutup pendaftarannya. Dia selalu berusaha menjadi pemimpin, dalam segala macam acara. Akibat terlalu aktif berorganisasi, Achmad Aidit tidak pernah menyelesaikan pendidikan formalnya di MHS.

Mengapa Achmad Aidit merubah nama menjadi Dipa Nusantara (DN) Aidit? Karena menurut perhitungannya DN bisa berarti Djafar Nawawi, seperti orang minangkabau.

Aidit sudah berkeliling di beberapa partai politk, sempat di Persatuan Timur Muda (Pertimu), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), bahkan sempat menjadi sekretaris pribadi Muhammad Hatta.

Pemikiran DN Aidit tentang pancasila, dituangkan di buku "AIDIT MEMBELA PANTJASILA", menyatakan bahwa PKI mendukung adanya Pancasila. DN Aidit berhasil meyakinkan Ir. Soekarno bahwa PKI bisa hidup berdampingan dengan banyak partai politik. PKI tidak menyatakan anti-agama, tetapi menyatakan bahwa agama tidak bisa mewakili PKI dalam menjalankan program dan politik PKI. Tujuan PKI yaitu membentuk masyarakat tanpa kelas dan tanpa exploitation de l'homme par l'homme (eksploitasi manusia oleh manusia). Jadi walaupun hampir semua anggota PKI beragama Islam, tetapi hal-hal yang ada di agama tidak bisa menjadi dasar mengambil keputusan dalam menjalankan PKI.

Hal yang menarik, Aidit menyatakan, bukan karena namanya partai komunis, kalau tidak revolusioner. Apapun itu jika tidak memiliki visi yang jauh ke depan, termasuk out of date. Jadi PKI bisa saja bermetamorfosis menjadi partai lain, asal memiliki revolusioner untuk merubah sesuatu yang stagnan, dengan tujuan masyarakat tanpa kelas.

Jadi walaupun Aidit membuat buku tentang pancasila, mendukung ketuhanan yang maha esa, tetapi dalam prilaku politiknya bertolak belakang. Sebuah kamuflase yang berhasil, PKI hampir berkuasa di Indonesia, jika saja TNI tidak turun tangan menangani permasalahan PKI, mungkin saja Indonesia menjadi negara komunis. TNI saat itu dibawah Mayjen Soeharto berhasil membuat semua aturan-aturan yang dibuat oleh Soekarno sebagai presiden, bisa dilibas, dengan kekuasaan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret). Soharto dengan Supersemar berhasil mengambil langkah strategis untuk membasmi PKI, yang berpura-pura mendukung Pancasila, tetapi ternyata hanya tipuan belaka. Karena pada saat itu, PKI menangkap para ulama-ulama, dan memberikan pengaruh bahwa agama itu tidak boleh mempengaruhi negara. PKI memposisikan Pancasila diatas Agama, sehingga ajaran-ajaran agama harus ditumpas.


"Agama adalah Candu...maka Revolusi Mental tak akan pernah Berhasil bila Rakyat Tak dijauhkan Dari Agama", ucap DN Aidit.




Jadi kesimpulannya, apapun nama partai, tidak perlu nama "Komunis", hanya untuk menjauhkan agama dari kehidupan bernegara. Bisa jadi awalnya dengan memposisikan Pancasila diatas Agama. Pancasila sebagai pedoman hidup, bukan lagi sebagai dasar negara. Sehingga bisa menjauhkan agama dari kehidupan bernegara.

DN Aidit merupakan tokoh politik yang tangguh pada masanya, penuh dengan tipu muslihat, dengan banyak topeng muka, sehingga bisa melakukan agresi pembunuhan para jenderal TNI. Aidit sebuah tanda koma yang masih berjalan, belum sampai titik. Tokoh politik yang misterius hingga saat ini. Walaupun sejarah telah melewatinya, dia tetap menjadi koma, belum benar-benar menjadi titik.

 

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved