Longsor di Kabupaten Bandung Tewaskan Satu Keluarga

Tanggal: 1 Nov 2017 03:11 wib.
Tampang.com - BANDUNG – Satu keluarga terdiri atas suami istri dan dua anaknya meninggal dunia tertimbun longsor di Kampung Muara RT 03/06 Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Mereka tewas seketika rumah mereka yang berada di bawah lereng tebing 25 meter tertimbun tanah pada Selasa (31/10) pukul 00.00.

Satu keluarga yang meninggal dunia tersebut adalah Ujang Rukmana, 40, Usu Hayati, 35, Dini Nur Fadilah, 10, dan Nanda (7 bulan). Para korban diketahui sedang tertidur saat terjadi longsor.

Para relawan yang membantu mencari korban terlihat haru karena mendapati jasad korban Usu Hayati sedang memeluk Nanda. Demikian juga Ujang Rukmana. Dia juga ditemukan tak bernyawa dekat anak sulungnya. Saat ini seluruh korban longsor sudah dievakuasi dan telah dimakamkan di tempat pemakaman umum setempat.

Sebelum longsor tersebut terjadi, hujan diketahui berlangsung sejak Senin siang hingga tengah malam. Faktor inilah yang kemudian menyebabkan tebing longsor dan menimpa rumah di bawahnya.

 

”Longsor itu terjadi setelah sebelumnya hujan deras mengguyur kawasan tersebut,” terang Kepala Harian Badan Penanggulangan  Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Tata Irawan.

Tata mengungkapkan, longsor itu terjadi dari tebing setinggi 25 meter dan lebar 40 meter. Kedua rumah itu lokasinya tepat berada di depan tebing yang mengalami longsor. Para korban berhasil dievakuasi oleh petugas yang dibantu warga sekitar pukul 03.00.

Dia menjelaskan, kawasan Rancabali, Kabupaten Bandung memang menjadi daerah rawan bencana. Sebab, di lokasi tersebut banyak terdapat lembah dan gunung. ”Saat ini proses evakuasi material tanah terus dilakukan, sementara para korban sudah dikebumikan oleh kerabatnya,” ucapnya.

Kapolres Bandung AKBP Nazly M Harahap secara langsung memimpin proses pemakaman empat jenazah yang menjadi korban tertimpa material longsoran, yang merupakan pasangan suami istri dan dua anaknya dikebumikan di tempat pemakaman umum (TPU) Muara Bandung.

Dirinya beserta para anggotanya dan warga menandu masing-masing jasad korban menggunakan dua bilah bambu yang beralas sarung ke kuburan. Perjalanan dari rumah duka ke TPU Muara berjarak sekitar satu kilometer. Polisi dan warga setempat melewati jalan curam menuju ke TPU tersebut.

”Setelah mengetahui terjadi longsor, kami langsung menerjunkan sejumlah personel untuk mengevakuasi para korban. Ini bentuk kemanusiaan dari jajaran Polres Bandung,” kata Nazly saat ditemui usai mekamanan para korban di TPU Muara.

Selain melakukan evakuasi dan melakukan pemakaman, Polres Bandung pun memberikan bantuan secara simbolis berupa sembako, mi instan dan beras untuk keluarga korban longsor di lokasi tersebut. Serta pihak Polres Bandung menanggung seluruh biaya pemakaman empat korban tersebut.

Sementara itu, pasca terjadinya bencana longsor, Bupati Bandung Dadang M. Naser, beserta jajaran pemerintah segera melakukan berbagai upaya agar hal serupa tidak terjadi lagi di wilayah lainnya.

Selain menginstruksikan siaga longsor bulan lalu untuk seluruh wilayah rawan di Kabupaten Bandung, Dadang juga mendorong agar masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut lebih siaga dan waspada.

”Sebetulnya, melalui BPBD dan perangkat daerah lainnya, upaya preventif dan penanganan darurat sudah dilakukan. Yang tak kalah penting juga yakni koordinasi dan komunikasi sejak terlihat tanda-tanda longsor, seperti adanya retakan dan gerakan tanah,” kata Dadang.

Dadang mengaku sangat prihatin atas bencana yang menimpa warga Desa Cipelah. Dia mengucapkan rasa belangsungkawa sedalam-dalamnya.

Sementara itu, Badan Penanggulan Bencana Nasional mencatat, Jawa Barat adalah daerah rawan longsor. Hampir setiap tahun terjadi longsor dan menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi masyarakat.

Kejadian tanah longsor di Jawa Barat selama 2005-2017 telah terjadi sebanyak 994 kejadian yang menyebabkan 636 orang meninggal dunia, 611 orang luka-luka, dan 83.479 jiwa mengungsi dan menderita.

Humas PNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sekitar 3 juta jiwa masyarakat tinggal di daerah rawan sedang hingga tinggi dari bahaya longsor di Provinsi Jawa Barat. Mereka tinggal di lereng-lereng perbukitan dan pegunungan yang rawan longsor dengan kemampuan mitigasi yang masih sangat terbatas.

”Daerah yang memiliki risiko sedang hingga tinggi longsor antara lain di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Sumedang, Tasikmalaya, Pangandaran, Ciamis, Subang, Kuningan, Majalengka dan Purwakarta,” paparnya dalam rilis yang diterima Jabar Ekspres, kemarin.

Bencana longsor juga sering terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selama tahun 2005-2017, di Jawa Tengah telah terjadi bencana longsor sebanyak  1.381 kejadian yang menyebabkan 546 orang meninggal dunia, 542 orang luka-luka, dan 31.040 orang menderita dan mengungsi. Sedangkan di Jawa Timur selama tahun 2005-2017 terjadi longsor sebanyak 497 kejadian yang menyebabkan 139 orang meninggal dunia, 324 orang luka-luka, dan 187.547 orang menderita dan mengungsi.

Masyarakat, kata dia, diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya menghadapi longsor. Pemerintah daerah agar meningkatkan sosialisasi dan memberikan informasi kepada masyarakat.

“Meningkatnya curah hujan selama musim penghujan akan meningkatkan pula ancaman bencana longsor. Puncak kejadian longsor umumnya pada Januari,” ungkapnya.

Periksa kondisi lingkungan sekitarnya apakah sudah ada tanda-tanda longsor seperti munculnya retakan-retakan tanah, amblesan tanah dan lainnya. Saat hujan deras, masyarakat yang tinggal di bawah lereng atau tebing hendaknya berjaga. Jika perlu mengungsi ke tempat yang aman untuk sementara waktu. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved