Sate Kere Khas Solo Kini Jadi Sate Kaya

Tanggal: 24 Okt 2017 19:48 wib.
Sate kere, kuliner khas Kota Solo bakal menjadi untuk para tamu di acara pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution.

Lantas mengapa disebut sate kere?

Dalam bahasa Jawa, kere berarti miskin. Sebenarnya sate kere berasal dari tempe gembus atau sate dengan bahan utama ampas tahu. Dulunya orang miskin memilih sate gembus dibanding sate daging karena tidak mampu membeli.

Menurut pedagang sate kere di Solo, Yu Ngatmi, sate kere saat ini tidak hanya dikenal dari sate gembusnya, tapi juga satu paket dengan sate daging dan jerohan sapi. Saat ini harganya cenderung sudah tidak terjangkau untuk kalangan miskin.

"Dulu mbah-mbah belinya sate gembus itu, tapi sekarang jadi sate kaya," kata Yu Ngatmi saat berjualan di Jalan Arifin, Kepatihan Kulon, Jebres, Solo, Senin (23/10/2017).

"Sate kere enak rasane, larang regane (sate kere enak rasanya, mahal harganya)," lanjutnya bercanda.

Di tempat Yu Ngatmi yang merupakan pedagang kaki lima, satu porsi sate kere dijual Rp 25 ribu. Dengan harga itu pembeli berhak mendapatkan 11 tusuk sate, lontong dan sambal kacang.

"Ada kikil, ada iso, babat, ginjal, tetelan, tempe dele (kedelai), tempe gembus," ujar pedagang yang telah berjualan sate kere selama puluhan tahun itu.

Yu Ngatmi dan adiknya, Tugiyem, biasa berjualan pukul 13.00-17.00 WIB. Lokasinya sekitar 50 meter di utara simpang empat Widuran.

Selain Yu Ngatmi, sate kere juga dapat dijumpai di warung Yu Rebi di Jalan Kebangkitan Nasional. Kemudian ada juga pedagang kaki lima di depan Sami Luwes, depan Plaza Singosaren dan depan Pasar Ngarsopuro. Di Solo kita juga akan menemukan sate kere dijual secara keliling.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved