Tak Punya Uang Berobat, Seorang Ibu Menyaksikan Anaknya Meninggal

Tanggal: 9 Sep 2017 12:46 wib.
Tampang.com- Kisah ini bermula pada Minggu dini hari, 3 September 2017 sekitar pukul 02.30 WIB, Bayi Debora sesak nafas. nafasnya tersengal. sebelumnya Debora batuk-batuk berdahak. Henny segera membangunkan suaminya Rudianto Simanjorang. Mereka memutuskan membawa bayinya segera ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres.

Bayi Debora segera dilarikan ke IGD RS Mitra Keluarga Kalideres. Dokter jaga yang sedang bertugas waktu itu, Dokter Iren langsung mengambil tindakan pertolongan pertama. Debora dicek suhu tubuhnya, lalu diberikan penguapan untuk mengencerkan dahaknya. Sambil dilakukan pemeriksaan, ayah Debora, Rudianto diminta mengurus administrasi pasien.
Orang tua Debora diminta untuk membayar uang muka Rp 19.800.000 agar anak mereka bisa segera masuk ruang PICU. Namun saat itu keduanya tidak punya cukup uang. Mereka hanya memiliki uang sebesar Rp 5 juta.

"Pukul 04.10 WIB, kedua orang tua Debora dipanggil Dokter Iren. Hasil diagnosa dokter Iren mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU. Kondisinya memburuk. Pasien harus dimasukkan segera ke ruang PICU untuk memberikan pertolongan maksimal," kata Birgaldo seperti dikutip dari akun Facebooknya.
Rumah sakit tetap menolak bayi Debora dan meminta agar segera dilunasi uang DP. Rudianto, ayah Debora mengatakan dia memiliki BPJS dan memohon agar bayinya diselamatkan lebih dulu. Dia akan berusaha mencari kekurangan uangnya.

Namun ternyata pihak rumah sakit mengaku belum bekerjasama dengan BPJS dan meminta untuk tetap melunasi uang muka.
Pukul 06.00 WIB, kondisi Debora terus menurun. Ia masih diruang IGD. Bayi Debora terus berjuang bertahan hidup tanpa bantuan medis yang optimal. Ia dibiarkan kedinginan tanpa inkubator. Sementara kedua orang tuanya terus berusaha mencari rumah sakit yang punya ruang PICU.

Pukul 09.39 WIB bayi Debora akan dievakuasi ke RS Koja. Dokter di Koja juga sudah berkordinasi dengan dokter RS Mitra. Pukul 10.00 WIB, perawat memanggil kedua orang tua Debora, mereka mengabarkan kondisi bayi Debora memburuk. Mereka memberikan tindakan CPR karena jantung bayi Debora berhenti. Henny memegang tangan anaknya. Dingin sekali. Kedua mata bayi Debora hanya nampak putihnya. Nyawa Debora sudah tidak bisa diselamatkan.



Kisah pilu bayi Debora sangatlah menyedihkan, dijaman yang sudah modern tapi tetap pihak rumah sakit tidak bisa berkompromi walau nyawa sekalipun urusannya. Apa mungkin nyawa seseorang memang sudah tidak ada harganya lagi? bagaimana dengan sumpah seorang dokter? Apakah mereka perlu kuliah lagi untuk mengingat sumpahnya? Ataukah bisnis Rumah Sakit harus menjadi “raja tega” supaya untung. Ataukah para dokter dan perawat tak kuasa dengan pelaturan yang ada. Semua hanya mereka yang menjalani yang tahu dan hanya Allah yang tahu kebenaran dari hati para perawat dan dokter. Semoga kasus bayi Debora tidak menimpa yang lain dan senantiasa diberikan tempat yang indah di surga untuk bayi Debora.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved