PLN Tambah Mesin Diesel Kapasitas Besar Kurangi Pemadaman karena Tekanan Gas

Tanggal: 17 Nov 2017 06:14 wib.
Tampang.com – Persoalan listrik di Bumi Paguntaka memang belum berakhir. Kekurangan pasokan gas masih menjadi penyebab utama pemadaman. Untuk mengatasi hal ini, PT PLN (Persero) Unit Layanan Khsusus (ULK) Tarakan berencana akan menambah mesin diesel dengan kapasitas sebesar 7 megawatt (MW). Jumlah itu dinilai dapat menutupi jika terjadi kekurangan suplai gas.

Rencana ini dipastikan akan direalisasikan dalam waktu dekat. Dengan begitu PLN menjamin per 1 Desember, tidak akan lagi ada pemadaman yang disebabkan kekurangan pasokan gas.

General Manager PT PLN Wilayah Kaltim-Kaltara, Riza Novianto Gustam mengakui, permasalahan gas memang menjadi kendala utama PLN saat ini. Apalagi terjadi penurunan suplai gas dari Pertamina EP Asset 5 Field Bunyu. PLN pun mengatasi kekurangan pasokan gas tersebut, dengan penambahan mesin diesel. 

Kapasitas 7 MW tersebut terbagi dalam dua unit mesin. Untuk mesin PLTD 2 MW sudah tiba di Tarakan. Sementara mesin dengan daya 5 MW sementara dalam perjalanan dari Medan menuju Tarakan. 

“Kami juga berencana melakukan penambahan suplai gas, dari yang sebelumnya sesuai perjanjian jual beli gas sebanyak 4 million standard cubic feet per day (MMSCFD) atau juta standar kaki kubik per hari akan kami tingkatkan menjadi 6 MMSCFD,” tutur Riza sapaan akrabnya, saat acara media gathering, Rabu (15/11).

Penambahan daya sebesar 7 MW ini disesuaikan dengan daya yang hilang saat pasokan gas berkurang. Sehingga dengan adanya penambahan mesin diesel ini dipastikan pasokan listrik Tarakan tercukupi.

“Kalau gas drop, padam 5 MW. Kalau drop lagi ada tambahan di pelanggan umum 2 MW, itu rata-ratanya 7 MW. Jadi PLN menyiapkan tambahan mesin berdaya 7 MW. Per 1 Desember tidak akan ada pemadaman yang diakibatkan tekanan gas lagi,” jelas Riza.

Menurut Riza, penambahan PLTD ini merupakan solusi jangka pendek yang ditempuh PLN. Sambil menunggu selesainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang berdaya 18 MW. Rencananya, 2019 mendatang PLTMG sudah beroperasi atau commercial operation date (COD). PLTMG dalam tahap persiapan di atas lahan yang diperkirakan 3.400 meter persegi.

“Yang pasti lahannya cukup untuk 18 MW. Desainnya sudah ada, jadi ini sudah proses menuju pelelangan,” lanjutnya.

Mesin PLTMG ini sebenarnya menggunakan sistem dual fuel, dalam artian dapat dioperasikan dengan gas maupun bahan bakar dengan mesin yang sama. Sehingga tidak hanya mengandalkan energi primer dari gas. “Kalau tidak gas, maka akan dioperasikan dengan minyak. Jadi teknologinya seperti itu ada dua bahan bakarnya,” tuturnya.

Menyoal potensi gas yang menghubungkan ke jaringan dari Sei Menggaris ke Tarakan, juga masuk dalam jangka panjang yang ditargetkan akan terhubung pada 2020 nanti. Saat ini prosesnya masih dalam tahap pembebasan lahan. 

PLN juga tengah mengupayakan menambah mesin pembangkit listrik.  Yang nantinya akan dikirimkan ke Tarakan sebesar 2x18 MW yang dilakukan secara bertahap. Kemudian akan ada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) juga diletakkan di Sei Menggaris.

“Banyak tambahan, jadi kami tidak khawatir. Untuk di sisi lain, dari PT Idec juga akan kami upayakan. Tetapi saat ini pasokan batu baranya yang kurang hanya saja mereka sudah memiliki PLTU berkekuatan 7 MW,” beber Riza. 

Sementara gardu induknya, lanjut Riza, sudah mulai dibangun di Tanjung Redeb, Tanjung Selor dan Malinau. Sehingga akan dihubungkan dari Kalimantan Timur hingga ke Kalimantan Utara. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) penyelesaiannya ditargetkan dalam 2020. 

“Makanya kami butuh dukungan pembebasan lahan untuk tower transmisi dan jaringan transmisi,” tutupnya. 

Sementara itu, rencana penambahan suplai gas dari Pertamina Bunyu ke PLN Tarakan sebesar 6 MMSCFD sangat memungkinkan. 

Assistant Manager Legal and Relations PT Pertamina Asset 5 Bunyu Field, Ali Hermansyah, mengungkapkan penambahan pasoka gas harus disetujui Kementerian ESDM. “Penambahan alokasi gas itu juga harus ada persetujuan dari pusat, Kementerian ESDM. Total alokasi (gas) yang perlu didiskusikan lagi. Kalau naik jadi 6 MMSCFD sih bisa saja,” ujarnya, saat ditemui Radar Tarakan, kemarin (15/11).

Selain menyangkut perizinan dari ESDM, pria yang akrab disapa Ali ini mengatakan pasokan gas yang fluktuatif dari Pertamina Bunyu dikarenakan produksi gas tidak secara khusus. “Kadang sumur minyak tapi yang keluar gas, nah itu yang kami berikan ke PLN. Lapisan bawah minyak di Bunyu itu tipis,” jelasnya. 

Pria berkacamata ini melanjutkan, jika dilakukan penambahan suplai gas, maka tentunya akan menimbulkan penambahan pembiayaan. Semisal pengadaan mesin, juga instalasi pipa bawah laut dari Bunyu ke PLN ULK Tarakan. 

Mengingat sejauh ini, pipa bawah laut eks PT Medco yang digunakan menyuplai gas dari Bunyu ke Tarakan, perlu peremajaan. Kondisinya tak memungkinkan. 

Lanjutnya, Pertamina Bunyu memungkinkan berinvestasi, tetapi belum ada kejelasan berapa tahun rencana PLN Tarakan akan menggunakan gas dari Bunyu. Setidaknya, harus ada kepastian proses jangka panjang. 

Secara teknis, kata  Ali, terkadang gas yang disuplai ke Tarakan kapasitasnya berlebihan, sementara daya tampung PLN Tarakan tidak memadai. Pertamina harus menutup sumur sementara. 

“Jika gas yang kami kirimkan itu ternyata kepenuhan, maka otomatis yang dikirim itu akan kembali ke kami karena tidak tertampung. Katup yang harusnya terbuka ke sana, malah terbuka ke saluran kami sehingga itu bisa mengakibatkan kerusakan fasilitas milik Pertamina,” jelas Ali.  

Sementara itu, Humas Pertamina Asset 5 Bunyu, Wahyu Oetomo menambahkan, saat ini pihaknya berupaya memaksimalkan suplai gas ke PLN ULK Tarakan. Namun terkadang pasokan gas sangat fluktuatif. Hal inilah yang kerap dialami pihaknya. 

“Intinya, kami tetap berupaya semaksimal mungkin,” kata ayah satu anak ini. 

DPRD DUKUNG PENAMBAHAN MESIN

Di sisi lain, Ketua Komisi II DPRD Kota Tarakan, H. Adnan Hasan Galoeng mendukung dengan adanya penambahan mesin diesel berbahan bakar solar. Sehingga PLN tidak hanya mengandalkan pasokan gas.

“Fluktuasi gas sangat rentan, dan kondisinya tidak akan ada yang tahu, kadang naik kadang turun. Kalau PLN masih mengandalkan gas, permasalahannya akan tetap sama saja,” ungkap Adnan.

menyoal penambahan gas dari Pertamina Bunyu, Adnan berkomentar, ini sudah sering disampaikan Pertamina, namun harus dibarengi dengan pengeboran untuk mencari sumur-sumur baru. Jika memang akan ada penambahan suplai gas, maka Pertamina harus mengeksplorasi sumur baru. Menurut Adnan, Sei Menggaris berpotensi menghasilkan gas, sehingga PLN bisa tidak hanya berharap dari Pertamina Bunyu.

“Kalau cuma mengandalkan Pertamina Bunyu, sangat rawan. Gas itu tidak bisa diprediksi akan bertahan berapa lama, kadang bertahan satu minggu turun lagi, sampai kapanpun kami juga dihantui dengan menurunnya gas itu,” terangnya.  
Copyright © Tampang.com
All rights reserved