Penerimaan Negara Sektor Hulu Migas Semester I Mencapai 59% dari Target 2017

Tanggal: 7 Jul 2017 09:49 wib.
Sektor hulu migas mencatatkan kinerja positif, ini ditunjukkan dengan adanya penerimaan negara dari sektor hulu migas pada semester I tahun 2017 telah melebihi target dari target 2017.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat hingga 30 Juni 2017 penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas sebesar US$6,48 miliar atau sekitar 59% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar US$10,91 miliar.

Amien Sunaryadhi, Kepala SKK Migas, mengatakan realisasi penerimaan negara bisa mencapai target untuk tahun ini jika kinerja kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) juga positif hingga akhir tahun.

“Kami optimistis akhir tahun bisa melebihi target dengan angka cukup signifikan,” kata Amien saat konferensi pers di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (6/7).

Untuk realisasi penerimaan kontraktor hingga saat ini baru mencapai US$ 2,08 miliar dari target sebesar US$ 3,77 miliar.

Amien mengatakan optimistis penerimaan negara tetap tumbuh juga seiring dengan upaya untuk mengendalikan cost recovery yang hingga Juni sudah mencapai 46% dari anggaran yang diperkirakan.

“Dari angka yang dipatok sebesar US$10,49 miliar, per 30 Juni 2017, biaya cost recovery berada diangka US$4,87 miliar,” kata dia.

Menurut Amien, capaian penerimaan maupun realisasi pembayaran cost recovery masih terbilang wajar dan sesuai dengan proyeksi SKK Migas.

“Bagian kontraktor juga baru tercapai sebagian. Peneriman negara 59% per akhir Juni, menurut kami wajar. Jadi setengah tahun tercapai 50 persen masih wajar,” ungkap dia.

Salah satu kontribusi terbesar yang membebani cost recovery adalah komponen operasi produksi mencapai 48%, diikuti oleh depresiasi sebesar 28% sementara komponen sisanya adalah investment credit sebesar 2%, unrecovered cost 7%, explorasi dan pengembangan 5% serta biaya administrasi 9%.

Untuk itu SKK Migas akan mengawasi secara ketat cost recovery karena biasanya angka cost recovery akan membengkak atau bertambah secara drastis mulai semester dua hingga akhir tahun.

“Ini juga mengkhawatairkan, biasanya cost recovery masuk dalam jumlah-jumlah besar di November-Desember, terutama yang dari depresiasi, yang harus kami jaga,” kata Amien.(RI)
Copyright © Tampang.com
All rights reserved