Adzan Pitu Tradisi Unik di Cirebon, Berawal dari Mengusir Wabah

Tanggal: 13 Apr 2022 13:44 wib.
Cirebon kaya akan budaya, tradisi, dan sejarah. Salah satunya Adzan Pitu atau Adzan 7 yang ada di Kota Cirebon. Tradisi Adzan Pitu biasa dilakukan 7 orang muazdin jelang pelaksanaan sholat Jumat. 7 orang muazdin dengan pakaian serba hijau atau putih ini, secara bersamaan melantunkan adzan. Jubah tersebut harus dikenakan para muazdin, untuk membedakan dengan jamaah yang lain.

Meski dilakukan oleh 7 orang, lantunan Adzan Pitu masih terdengar seirama. Tradisi Adzan Pitu sejak jaman Sunan Gunung Jati ini, lestari hingga jaman sekarang. Adzan Pitu biasa dilantunkan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kasepuhan, Kota Cirebon. Awal mula adzan pitu dilaksanakan atas perintah Sunan Gunung Jati untuk memusnahkan pengaruh sihir.

Menurut beberapa sumber, sihir ditebar untuk menteror jamaah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dilancarkan oleh Menjangan Wulung. Menjangan Wulung sendiri, adalah sosok gaib yang diutus seseorang yang tidak suka dengan perkembangan Islam di Cirebon. Sihir tersebut memakan korban jiwa seorang muadzin yang tewas secara misterius ketika akan mengumandangkan adzan subuh di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan yang luar biasa bagi jamaah lainnya yang akan pergi ke masjid tersebut. Selain teror sihir, amukan Menjangan Wulung ini semakin menjadi, akibatnya atap masjid yang masih terbuat dari rumbia mengalami kebakaran hebat. Api yang melalap atap masjid tidak bisa dikendalikan, berbagai upaya dilakukan untuk menjinakan api namun selalu gagal.

Sampai akhirnya Nyi Mas Pakungwati istri Sunan Gunungjati menyarankan agar dikumandangkan adzan. Api yang berkobar belum juga padam, kemudian orang kedua kembali mengumandangkan Adzan hingga berturut-turut sampai 6 orang. Konon api baru padam setelah adzan dikumandangkan oleh 7 orang muadzin, atas perintah dari Sunan Gunung Jati berdasarkan petunjuk Ilahi.

Menjangan Wulung berhasil ditaklukkan, menurut cerita dia melarikan diri ke arah Banten dan tak pernah kembali. Disebutkan pula, Menjangan Wulung ketika kabur menghantam memolo (hiasan berbentuk simbar di puncak masjid) yang ada di puncak masjid hingga terpental jauh. Cerita lain menyebutkan bahwa memolo tersebut hancur akibat ledakan yang terjadi saat aksi Menjangan Wulung tersebut.

Namun satu hikayat yang sering dituturkan oleh pemandu wisata, bahwa memolo tersebut terpental hingga ke Masjid Agung Banten. Dan itu sebabnya Masjid Agung Banten memiliki dua memolo sedangkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon tanpa memolo sama sekali. Namun cerita memolo yang terpental ke Banten memiliki versi bermacam macam. Versi lain menyebutkan bahwa memolo hancur karena secara tidak sengaja terkena lemparan tongkat Panebahan Ratu.

Saat itu, Cirebon dilanda wabah penyakit yang konon datang secara gaib. Panebahan Ratu adalah Raja Kedua Kesultanan Cirebon, beliau adalah cicit dari Sunan Gunung Jati. Namun demikian, tradisi Adzan Pitu tetap dilestarikan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Adzan Pitu adalah satu-satunya tradisi unik dan langka yang tetap dilakukan di sebuah masjid. Dikumandangkan oleh tujuh orang muadzin dengan pakaian serba putih terkadang dilengkapi jubah berwarna hijau. Mereka berjejer di tengah-tengah bangunan asli tepat di bawah wuwungan atap masjid.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved