Mikroba Antartika Berikan Pemahaan Tentang Evolusi Virus

Tanggal: 24 Agu 2017 19:58 wib.
Ilmuwan UNSW Sydney yang mempelajari mikroba dari beberapa danau dengan salinitas tinggi di Antartika telah menemukan cara baru bahwa mikroba tersebut dapat berbagi DNA yang dapat membantu mereka tumbuh dan bertahan.

Penelitian tersebut dilakukan dengan pengambilan sampel air selama 18 bulan di lokasi Antartika terpencil, yang juga menyoroti sejarah evolusi virus.

Tim tersebut secara tak terduga menemukan satu strain mikroba yang mengandung garam Antartika yang mengandung plasmid. Plasmid adalah molekul DNA kecil yang dapat bereplikasi secara independen di sel inang dan mengandung gen yang berguna bagi organisme.

"Tidak seperti virus, yang membungkus diri dengan mantel protein pelindung, plasmid biasanya berpindah-pindah melalui sel ke kontak sel, atau sebagai sepotong DNA telanjang," kata pemimpin tim peneliti, ilmuwan UNSW, Profesor Rick Cavicchioli.

 

"Tetapi plasmid yang kami temukan di mikroba Antartika menyamar sebagai virus. Mereka menghasilkan protein yang masuk ke membran inang, yang kemudian memungkinkan membran untuk bertahan dengan DNA plasmid.

 

Penulis penelitian Dr Susanne Erdmann mengatakan: "Ini adalah pertama kalinya mekanisme ini dipelajari. Dan ini bisa menjadi pelopor evolusi beberapa mantel pelindung yang lebih terstruktur yang dikembangkan virus untuk membantu penyebarannya dan menjadi penyerbu yang berhasil.

"Temuan ini menunjukkan beberapa virus mungkin telah berevolusi dari plasmid," katanya.

Mikroba Antartika yang dipelajari oleh para peneliti disebut haloarchaea dan diketahui bersifat promiscuous, menukar DNA dengan mudah di antara mereka sendiri.

Mereka bisa bertahan di Deep Lake, danau setinggi 36 meter yang asin sehingga asalnya tetap dalam bentuk cair hingga suhu minus 20 derajat. Danau tersebut, yang berjarak sekitar lima kilometer dari Stasiun Davis Australia, dibentuk sekitar 3.500 tahun yang lalu ketika benua Antartika bangkit, mengisolasi bagian lautan.

Mikroba Haloarchaea yang mengandung plasmid diisolasi dari sampel air yang sangat langka yang dikumpulkan dari Kepulauan Rauer sekitar 35 kilometer lebih jauh.

"Kami juga menemukan bahwa plasmid dapat mengambil beberapa DNA dari mikroba inang, mengintegrasikannya ke dalam DNA mereka sendiri, menghasilkan vesikula membran di sekitar tubuh mereka, lalu kemudian mematikan dan menginfeksi sel lain," kata Profesor Cavicchioli.

"Temuan ini relevan dengan ilmu Antartika dan juga biologi secara keseluruhan."
Copyright © Tampang.com
All rights reserved