Benarkah Cahaya Kuning Dapat Menembus Kabut?

Tanggal: 1 Jul 2018 17:59 wib.
Untuk keperluan sehari-hari, para pengemudi cukup puas dengan menggunakan lampu Der Filamen Wolfram. Dengan besar hati mereka mengemudikan kendaraannya di jalan raya. Tetapi apabila melewati daerah Puncak saat berkabut, lampu tersebut tak berguna lagi, karena kabut tak dapat ditembus sinar putih. Maka munculah lampu kabut yang sinarnya kuning menyilaukan.

Nah, mengapa justru sinar kuning yang digunakan sebagai penerangan di daerah yang gelap dan berkabut? Mengapa tidak warna-warna yang lain?

Kita tinjau dulu, bagaimana caranya cahaya itu sampai ke mata kita setelah melalui kabut. Menurut Newton yang kemudian dibenarkan oleh Einstein, kadang-kadang (untuk beberapa hal) cahaya tersebut dapat dianggap sebagai benda-benda kecil.

Sebelum sampai ke mata kita, benda-benda tersebut dalam perjalanannya bertemu dan bertabrakan dengan medium di sekitarnya. Dalam hal ini molekul air dari kabut itu sendiri. Akhirnya cahaya ini menyentuh retina mata yang melalui proses matahari, syaraf dan otak menimbulkan kesan penglihatan. Peristiwa tumbukan itu disebut hamburan (skattering). Dengan menggunakan teori hamburan ini pula dapat diterangkan mengapa langit biru. Kecuali saat terbit dan terbenam.

Melihat butiran-butiran yang menabrak cahaya dalam peristtwa hamburan, dapat dibedakan menjadi tiga macam.


Bila butiran-butiran menghambur cahaya kecil (0,001 mikron) misalnya oleh molekul 02, N2. Maka terjadilah warna langit yang biru (memilih salah satu warna pelangi).
Bila butiran-butiran sedang besarnya, seperti debu, asap, garam dan sebagainya (yang disebut juga aerosol). Ini juga cenderung memilih satu warna saja (satu macam panjang gelombang).
Bila butiran cukup besar, seperti halnya molekul air dari kabut dan hujan, maka peristiwa hamburan ini dapat diterangkan dengan hukum-hukum Optik Geometrik dan oleh karenanya tumbukan jenis ini tidak pilih warna (tidak tergantung panjang gelombang).


Jadi warna pelangi mempunyai kesempatan dan kemampuan sama untuk bertumbukan dengan molekul di kabut. Yang akhirnya diterima mata kita. Dengan kata lain, tidak benar bahwa warna kuning lebih mampu menembus kabut jika dibandingkan dengan warna lain.

Lalu bagaimana sifat-sifat mata kita? Dari hasil penelitian para ahli Optika penglihatan, dapat dibuktikan bahwa dari warna pelangi yang ada, warna kuning 10 kali lebih terang dari warna merah, juga lebih terang dari warna lain. Jadi kabut memang mengurangi cahaya yang sampai ke mata.Pengurangan ini adil untuk semua warna. Karena sebagian warna sudah diserap waktu terjadi tabrakan dengan molekul air kabut, maka diperlukan suatu warna yang paling efektif merangsang syaraf penglihatan, dan warna itu adalah warna kuning.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved